Dedi Mulyadi dan Tommy Winata: Antara Pembangunan Cianjur Selatan dan Bayang-Bayang Oligarki
Cianjur Selatan adalah salah satu wajah paling getir dari ketimpangan pembangunan di Jawa Barat. Jauh dari hiruk pikuk Bandung, terpisah dari gegap gempita Bekasi dan Depok, wilayah ini sering digambarkan sebagai "anak tiri" Jawa Barat. Jalan-jalan yang rusak parah, akses ke layanan kesehatan terbatas, dan angka kemiskinan yang membandel menjadi pemandangan sehari-hari. Banyak warga merasa dianaktirikan, seakan pembangunan hanya berputar di utara yang dekat dengan Jakarta.
Di tengah rasa keterbelakangan itu, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mencoba tampil membawa harapan. Ia dikenal sebagai sosok yang gemar blusukan, merakyat, sekaligus punya gaya kepemimpinan unik yang sering mengundang kontroversi. Namun langkah terbarunya menimbulkan perdebatan panas: Dedi menggandeng Tommy Winata, pengusaha besar sekaligus figur penuh kontroversi di Indonesia.
Publik pun terbelah. Ada yang melihat ini sebagai langkah berani: menggandeng modal besar untuk membangun wilayah tertinggal. Ada pula yang curiga: jangan-jangan ini hanya pintu masuk oligarki untuk menguasai Jawa Barat, dengan rakyat kecil lagi-lagi sekadar jadi penonton.
Janji Pembangunan: Beton dan Konservasi
Dalam kunjungannya ke Cianjur Selatan, Dedi Mulyadi memperkenalkan rencana pembangunan pabrik beton oleh Tommy Winata. Alasannya jelas: pembangunan jalan di wilayah selatan terhambat oleh biaya material. Jika pabrik beton berdiri di dekat lokasi, harga bisa ditekan, proyek lebih cepat selesai, dan rakyat akan lebih mudah menikmati infrastruktur.
Tak berhenti di situ, Dedi juga mengajak Tommy untuk terlibat dalam program konservasi hutan dan satwa. Ia menyebut harimau Jawa---meski faktanya satwa itu sudah lama punah---sebagai simbol pentingnya menjaga lingkungan. Pesannya jelas: pembangunan fisik tidak boleh lepas dari kelestarian alam.
Di atas kertas, gagasan ini terdengar mulia. Infrastruktur dibangun, ekonomi bergerak, lingkungan diselamatkan. Sebuah paket lengkap yang sulit ditolak.
Sisi Positif Kolaborasi
Ada beberapa sisi positif dari langkah ini jika benar-benar dijalankan dengan niat murni dan tata kelola yang transparan:
1.Akselerasi pembangunan jalan.
Jalan adalah urat nadi pembangunan. Dengan pabrik beton di wilayah selatan, ongkos logistik bisa ditekan. Cianjur Selatan yang selama ini terisolasi bisa tersambung dengan wilayah lain, membuka akses ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
2.Penciptaan lapangan kerja.
Pabrik beton dan proyek jalan akan menyerap tenaga kerja lokal. Rantai pasok dari truk pengangkut, warung makan, hingga kontraktor kecil akan ikut kecipratan dampak ekonomi.
3.Konservasi sebagai syarat pembangunan.
Tommy Winata melalui yayasan Artha Graha Peduli memang punya rekam jejak konservasi, terutama di Lampung untuk harimau Sumatra. Jika pola serupa diterapkan di Jawa Barat, program itu bisa menyasar satwa yang masih ada seperti macan tutul Jawa, owa Jawa, dan elang Jawa.
4.Akses modal swasta.
Realitas birokrasi Indonesia adalah keterbatasan APBD. Dengan menggandeng investor besar, pembangunan bisa dipercepat tanpa harus menunggu dana pemerintah pusat.
Dengan kata lain, kolaborasi penguasa dan pengusaha bisa jadi katalis bagi percepatan pembangunan.