EPISODE 1:
Khulafaur Rasyidin: Ketika Kekuasaan dan Amanah Berpadu, Lalu Retak oleh Fitnah
"Kekuasaan yang tidak ditopang oleh amanah akan tergelincir ke jurang fitnah, dan fitnah yang tidak diredam dengan hikmah akan membakar seluruh peradaban."
Prolog: Awal yang Sempurna
Sejarah Islam pasca-Nabi bukan dimulai dengan kekuasaan otoriter atau klaim keturunan, melainkan dengan musyawarah. Abu Bakar Ash-Shiddiq dipilih dalam sidang Saqifah, bukan karena silsilah, tapi karena kebajikannya. Umar bin Khattab, seorang pemimpin keras sekaligus adil. Utsman bin Affan, pemalu yang lembut, namun menjadi korban kebijakan internal yang tak dikontrol. Dan Ali bin Abi Thalib, simbol intelektualitas, keberanian, dan kejujuran, yang dibebani konflik paling berdarah dalam sejarah awal Islam.
Empat Khalifah, satu visi: menjaga warisan kenabian. Tapi sejarah tak selalu berjalan lurus. Di sinilah awal mula riwayat panjang umat ini retak.
Abu Bakar dan Dinding Pertama Umat
Ketika Nabi wafat, sebagian kabilah murtad. Ini bukan sekadar pembangkangan, tapi ujian bagi pondasi komunitas. Abu Bakar, dengan dukungan Umar, menolak kompromi: siapa yang menolak zakat, akan diperangi. "Demi Allah," katanya, "aku akan memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat."
Ia membangun struktur pertahanan iman dan negara. Di masa ini, Qur'an mulai dibukukan karena kekhawatiran para penghafal wafat di medan perang.
Pelajaran: Negara Islam lahir bukan dari kompromi iman, tapi dari keteguhan menjaga prinsip utama.
Umar bin Khattab: Sang Arsitek Peradaban