"Saya biarkan saja"
Dipandu suara hati tebaran uang dari mantan pengajarku tergenggam pada tangan-tangan pengembara malam. Cara Tuhan menolongku disaat aku terimbas dampak hantu pandemik sungguh mengagetkan. Benar, diktum bahwa Allah akan memberikan rejeki dari arah yang tidak disangka terbukti padaku.
Status Kejadian Luar Biasa(KLB) pada kota ini telah menyusutkan pendapatan masyarakat. Aku tidak bisa bayangkan jika benar lockdown diterapkan. Apa jadinya?
Aku lihat bintang dilangit tetap setia dengan takdirnya. Kerlipnya tanpa lelah membimbing arah sepedaku. Dia mengerti kemana tujuan selanjutnya yang akan aku susuri.Â
Aku berhenti, semakin malam pandanganku hanya disuguhi kebekuan kota. Kucing liar melintas tenang tanpa timbulkan huru-hara. Kembali aku kayuh pedal mencari para pengembara papa.
Siang itu, base camp ojol di barat rumah sakit aku sambangin. Beberapa rekan menggelosor tiduran di tikar.
"Seko ngendi, pak Adi?"(darimana, pak Adi)
"Karanganyar, jawabku,"Dapat food, anterin ke sana. Sudah narik berapa?"
"Baru satu, pak. Selama pandemik, order kebanyakan delivery. Penumpang hampir nggak ada"
kami ngobrol ngalor-ngidul. Hingga dering HP menganggu.
"Pak Aditama, saya Andreas". Suara diujung sana pelan.