Mohon tunggu...
Sri Romdhoni Warta Kuncoro
Sri Romdhoni Warta Kuncoro Mohon Tunggu... Buruh - Pendoa

• Manusia Indonesia. • Penyuka bubur kacang ijo dengan santan kental serta roti bakar isi coklat kacang. • Gemar bersepeda dan naik motor menjelajahi lekuk bumi guna menikmati lukisan Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mendulang Ombak, Meraup Pasir, Mengupas Janji di Pantai Kwaru

24 Juni 2018   21:44 Diperbarui: 24 Juni 2018   21:54 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisikanmu mengejarku tanpa lelah kala sebatang jalan pulang aku lalui-dengan menumpang angin yang menguntit dibelakang. Kau berharap kesukaanku pada alampada menjadi celah agar aku meluangkan waktu untuk mencumbuimu. Hitungan tahun nirlelah terus kau pahat ditepian, tapi aku belum tergerak menyudahi. Kesibukanku merusak padang penantianmu.

Seperti hutang yang tertulis dicatatan kumal carik pabrik batik, aku harus melunasi. Karena janjiku adalah hutangku.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Hari ini aku datang. Bukan dadakan, tapi memang sudah aku rencanakan. Baumu menyengat, rintihanmu mengusik lelap. Itu jelas menganggu.  Aku mirip penyamun budiman yang diburu bala pasukan kerajaan. Aku kasihan dengan kesepianmu. Hingga jarak ratusan tombak aku tempuh demi memandang eksotismu sekalian membayar pengorbananmu.

Kwaru, aku bukan kekasih gelapmu. Juga bukan ksatria sejatimu. Jangan berharap aku memujimu bak penyair zaman batu. Salah, kalau itu keinginanmu, kubur dalam-dalam diantara batu karang.

Sepoi angin menerjang, ayunan kaki memberi jejak dihamparan pasir juga disemua lekukmu. Lembutmu menyentuh telapak kakiku. Riak hingga tamparanmu menorehkan rasa berlebih hingga mendirikan bulu kuduk.

Sesemak menyembul padat, pandan laut menengok kaku. Bongkahan bukit karang menjulang mirip Rahwana bertiwikrama, kasar, tajam, mampu mencabik kulit, melumat tulang rangka.

Diantara semua yang pernah aku temui, kau bukan satu-satunya yang tercantik. Bila rajutan nilai dipaksakan, kau hanya menempati jajaran 6. Jangan kecewa, karena itulah takdirmu.

Kwaru, gelitikmu mampu melenakan pemujamu. Oleh karenanya, banyak yang memberi tembakan peringatan agar jangan terbuai oleh bujuk rayumu.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Kau itu bisa sadis, licik membelit, melumat apapun yang tersandung.

Sadar akan hal itu, aku hanya memelukmu ala kadarnya, sebatas rindu dihorison waktu.

Keberadaanmu lahir tanpa pesta perayaan. Gincu diujung bibirmu hanya berujud lahan parkir sebagai tempat menghitung berapa pemburumu. Aku adalah satu diantara itu.

Kau lahir dari lukisan Tuhan. Sayangnya, tidak banyak pihak yang memolesmu agar bersinar lebih terang. Kau dibiarkan berdiri polos bersama kawan-kawanmu berjejer dipesisir selatan samudera Hindia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun