Dalam debat publik kedua Pemilihan Umum Gubernur Jawa barat tahun 2018 ditemukah hal menarik yang menyita perhatian publik, tatkala pasangan calon nomor urut 3 Â (Sudrajat- Syaikhu) dengan penuh bangga membuka kaus putih dimana terdapat tagar ganti presiden 2019 yang menyebabkan terjadinya ketegangan antara para pendukung paslon hingga sampai acara debat publik tersebut berakhir.
Aksi yang dilakukan Paslon nomor urut 3 tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu aksi radikal yang berusaha menuntut perubahan atas pemerintahan pada tempat yang tidak seharusnya, hal ini pun didukung dari klarifikasi Sudrajat kepada kompas.com yang menyatakan bahwa tujuannya dan Syaikhu membawa kaus tersebut sebagai ungkapan aspirasi demokrasi. Selama ini, kebijakan pemerintah provinsi dilangkahi atau dimunculkan oleh pemerintah pusat sehingga ini cenderung menyulitkan pengembangan di daerah.  Â
Aksi yang dilakukan paslon 3 tersebut dikhawatirkan akan mengilhami kelompok dan organisasi-organisasi lainnya untuk lebih berani mengkritik pemerintah secara radikal dan bahkan akan melahirkan tindakan-tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan ketakutan ditengah masyarakat sebagaimana juga yang terjadi dalam CFD (Car Free Day) di Jakarta beberapa minggu lalu.Â
Jika sudah terjadi tindakan-tindakan kekerasan yang jelas-jelas dilatar belakangi tujuan politik seperti ini, maka tak salah kiranya jika setiap individu yang terlibat digolongkan sebagai teroris