Mohon tunggu...
Dewi Intansari
Dewi Intansari Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Manusia penimbun mimpi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Surat Cinta Tak Mungkin

7 November 2015   21:32 Diperbarui: 7 November 2015   22:05 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masa selalu menyimpan misteri keabadian. Seperti perasaan usang yang kembali berdebaran dengan tempo yang masih sama. Aku masih tidak bisa menatap matamu, masih mematung dihadapanmu, masih tak mampu berkata apapun kepadamu. Berbaliklah sekali lagi seperti saat tahun pertama kita berada di sekolah yang sama. Berbaliklah sekali lagi dan tatap aku, entah apapun yang kau pikirkan tentang ku.

Berbaliklah seringan ketika kita tak saling mengenal satu sama lain. Jantung ku masih berdebar-debar seperti ada yang tersumbat diujung tenggorokan ku. Itukah kata yang ingin sesekali bersapa denganmu. Itukah suara yang ingin sesekali bersenandung bagimu. Itukah nafas yang akan mati bersamaan dengan ketiadaanmu.

Kali ini adalah senja dengan awan kumolonimbus yang bergumul diatas sana. Sementara air berjatuhan ke bumi bagaikan tak ada pilihan lain selain jatuh. Membasahi semesta dan menyiratkan aroma khas tanah basah. Dunia maya masih sibuk dengan berbagai kicauannya, tak terkecuali sebait kata berserta sebuah foto yang terarak di beranda facebookku. Ku pandangi lekat sosok didalamnya yang makin lama makin menusuki mata. Sebuah memoar mengembang bersamanya. Angan ku dibawa lari ke dunia antah-berantah.

Waktu itu dirimu masih terlihat sangat menawan dengan seragam putih abu-abu. Dan diriku masih pendiam dan hanya berani melihati punggung mu saja. Aku bahkan merasa masih sangat kuno, karena ketika aku tertarik pada seorang bujang aku hanya berani mencuri pandang dan tersenyum diam-diam.

Betapa bahagianya diriku waktu kudapati aku dan kamu berada didalam satu kelompok drama. Yang artinya aku dapat melihatmu lebih sering daripada sebelumnya. Kamulah pangeranku didalam drama itu. Dan aku.. peranku lebih beruntung daripada pemeran lainnya. Aku adalah orang yang selalu bersama dengan pangeran dan adeganku dengannya lebih banyak dibanding dengan yang lain. sering dalam latihan aku sengaja untuk salah adegan, sehingga kesempatanku untuk melihatnya jauh lebih lama. Berminggu-minggu kami berlatih dengan keras, dan aku masih menikmati latihan itu seperti meneguk dengan santai secangkir kopi hangat dengan aroma mawar didalamnya.

Tibalah saatnya pementasan drama tersebut, kunikmati alur demi alur yang terus saja membawa kami ke dunia fantasiku. Berbincang-bincang dengannya walau hanya sebatas dialog drama. Debaran jantungku dua kali lipat, yang lipatan pertama adalah seorang yang baru pertama kali mementaskan drama dan lipatan kedua adalah debaran seorang gadis yang sedang berhadapan dengan pujaan hatinya.

Plot demi plot skenario drama sudah terlewati. Saat yang ditunggu sudah berada didepan mata. Mataku menatapnya dengan nanar, debaran jantungku frekuensinya terus saja bertambah. Semacam ada hawa lain menerobos pori-poriku, keringat..itu adalah keringat yang mulai mengucur pelan-pelan. Mata itu saling beradu, dihiasi senyuman yang dapat membius para penonton yang sedang tegang dengan mupeng. Seperti ada bunga-bunga di sekitar sini, ketika bibirnya menyentuh kening.

Dan semua penonton bertepuk tangan dengan riuh dan sorak riuh luar biasa. Aku hanya menonton saja. Berdiri disudut panggung dengan wajah yang tak kalah mupengnya. Sedikit menyesali nasib diri yang hanya berperan sebagai laki-laki yang mana sahabat serta pengawal sang pangeran. Walau aku telah meraup banyak keuntungan, terasa ada sedikit sesal membayangiku. Karena tak dapat kubuat diriku lebih dekat dengannya. Setelah pementasan selesai semuanya pun selesai termasuk aku dan dia.

Sebuah roman picisan dimasa SMA, akulah gadis yang tak tau apa itu cinta yang kemudian berani menjatuhkan cinta kepadamu. Mungkin hanya sebatas rasa kagum pada sosok yang dirasa mampu menyempurnakanku. Dirimu yang begitu jauh bagiku. Namun ketika sesekali mampu mendekat, ku acuhkan dirimu yang membuat dadaku seperti dimasuki ribuan kupu-kupu yang berterbangan didalamnya. Dirimu seperti pagi cerah setelah kelam semalam, dirimu adalah bagian dari cahaya dalam sepiku. Hadir dalam keputus asaanku membawa cahaya yang memancar darimu namun tak sedikitpun kau sadari itu.

Jika saja waktu itu diriku lebih berani, mungkin hari ini kita akan saling tertawa norak didepan gadget saling membalas pesan. Namun seperti mimpi-mimpi usang yang karam ditelan masa. Dirimu adalah ketidak mungkinan kedua setelah mimpi-mimpi ku yang telah ku kubur dalam. Hingga pada akhirnya nanti sesuatu akan pudar perlahan-lahan seperti pasir yang menghambur ke luar genggaman. Perlahan tapi pasti.

Hujan masih mengguyur bumi, seperti setia menjadi kawan bagi sebuah memori yang melayang-layang menembus rintik. Dan sedikit lagi rindu membeku dan terselip didalam getaran yang masih sama. Rasa rindu yang mulai melemah oleh realita, rasa rindu yang tak pernah tersampaikan. Memilukan. Satu hal yang paling menyedihkan dari cinta, yaitu kita tak dapat meminta atau menawar untuk siapa cinta kita akan tumbuh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun