Mohon tunggu...
Roman Rendusara
Roman Rendusara Mohon Tunggu... Petani - Memaknai yang Tercecer

Seorang anak kampung, lahir dan bertumbuh di Rajawawo, Ende. Pernah dididik di SMP-SMA St Yoh Berchmans, Mataloko (NTT). Belajar filsafat di Driyarkara tapi diwisuda sebagai sarjana ekonomi di Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Terakhir, Magister Akuntansi pada Pascasarjana Universitas Widyatama Bandung. Menulis untuk sekerdar mengumpulkan kisah yang tercecer. Blog lain: floreside.wordpress.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lopijo

7 September 2016   10:36 Diperbarui: 8 September 2016   09:16 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi. Sumber: sidomi.com

Sesal tertahan di dada. Cita-cita untuk melanjutkan S2 terkandas sudah. Semangat menerima beasiswa ke Australia itu dipatahkan oleh sinyal tak sebarispun. Itulah yang membuat Merty seperti patah semangat.

Langit tampak murung. Awan mendung menghitam, berkabung. Gerimis sore jatuh baru beberapa tetes.

“Masih ada harapan tahun depan. Jangan putus asa”, kataku.

Langkah kaki Merty meluntah, perlahan menjauh depan kantor KPU itu, lalu samar di bekas pasar Inpres. Hingga pandangan mata ditutup hujan yang bertubi-tubi menyiram tanah. Semoga esok langit cerah, doaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun