Pengantar
Â
Yang paling tidak menyenangkan dari adanya janji yang diucapkan ialah menanti.Â
Menanti atau menunggu sesungguhnya menguras pikiran dan perasaan. Kita kadang bisa tidak tenang hanya karena menunggu penggenapan janji.Â
Menanti itu juga bersentuhan dengan proses dan waktu. Waktu itu menurut Agustinus punya dua makna.Â
Objektif dan subjektif. Objektif itu terlihat lewat adanya detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun.Â
Subjektif itu bergantung pada rasa. 30 menit duduk mendengar khotbah itu dianggap membuat jenuh tetapi jika 30 menit duduk bercerita tentang keburukan orang malah dianggap cepat.Â
Menunggu itu pun subjektif tergantung cara kita mengelola perasaan ketika sementara menunggu.Â
Janji itu sifatnya situasional. Bisa ditepati tepati bisa juga diingkari. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa tepati janji.Â
Tetapi jauh lebih dari pada janji, ada kepercayaan yang dipertaruhkan. Kepercayaan ini yang harus dijaga baik-baik oleh si pembuat janji.Â
Jika ia mampu menjaga kepercayaan maka dengan sendirinya ia terbebas dari stigma buruk yang merusak nama baiknya.Â