Mohon tunggu...
Dhani Sungkara Murni
Dhani Sungkara Murni Mohon Tunggu... -

Pengopi berat, perokok berat.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Nikotin Sebagai Sumber Penghidupan

22 Januari 2016   12:35 Diperbarui: 22 Januari 2016   13:16 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Tanggapan atas artikel, Ahmad Syafii Maarif yang berjudul “Pembunuh Itu Bernama Nikotin”, Kompas 19 Januari 2016)

Kita barangkali tak habis pikir terhadap pendapat Buya Ahmad Syafii Maarif yang lebih percaya kepada Tara Singh Bham, seorang konsultan tembakau asal Nepal, yang menemuinya bersama tim Muhammadiyah Tobacco Control Center, daripada mempercayai keyakinan anak-anak negeri sendiri dan pengetahuan lokal yang telah teruji ratusan tahun. Tentu hal ini terkait nikotin (tembakau; rokok) yang disimpulkannya sebagai ‘pembunuh’.

Kesimpulan Buya Syafii Maarif diambil setelah pertemuan dengan Tara Singh Bham pada 14 Januari 2016. Dalam pertemuan tersebut, rupanya Tara menujukkan data di antaranya tak kurang Rp11 triliun dikeluarkan untuk penanggulanan kesehatan akibat rokok dan diungkapkan pula terdapat 235.000 orang angka kematian akibat rokok.

[caption caption="bungkus rokok siyem"][/caption]Tetapi, data-data tersebut patut dicurigai. Biaya kesehatan itu apakah sama dengan penelitian lain yang mengaitkan rokok dengan aspek kesehatan terdahulu, yang memandang rokok dengan kacamata kuda? Artinya, semua penyakit degeneratif disebabkan oleh satu faktor; rokok.

Tarikan kesimpulan itu, rokok sebagai penyebab tunggal dari berbagai penyakit, barangkali terlalu gegabah. Sebab, ada berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit, yang kemudian terakamulatif dalam tubuh si penderita. Baiklah, kita abaikan siapa yang memberi donor dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti asing tersebut. Tetapi ada pertanyaan besar lain, kenapa hanya rokok yang dipersoalkan? Bukannya makanan cepat saji semacam Mc Donald’s, KFC, dan semacamnya yang berisiko besar bagi kesehatan?

[caption caption="orang merokok"]

[/caption]Terkait propaganda angka kematian akibat nikotin adalah cara lama untuk membangkitkan rasa takut konsumen rokok. Propaganda ini bermula dari Amerika Serikat. Ketika itu The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melalui Morbidity and Mortality Weekly Report 27 August 1993 menyatakan bahwa sejumlah 418.690 orang Amerika meninggal tahun 1990.

Penelitian manipulatif tersebut dibongkar oleh dua peneliti, Robert A. Levy dan Rosalind B Marimont dalam Lies, Damned Lies & 400.000 Smoking Relating Deaths. Penelitian tersebut membongkar penelitian mengada-mengada dalam penetuan angka kematian akibat rokok. Menurut kedua peneliti tersebut, prosedur penelitian tersebut memiliki celah ilmiah. Di antaranya ialah, angka kematian akibat rokok merupakan estimasi yang digeneralisasi melalui program komputer SAMMEC (Smoking Associated Mortality, Morbidity, and Economics Cost).

Program tersebut mengategorikan penyakit-penyakit yang memiliki hubungan dengan rokok adalah jika risiko kematian bagi perokok melebihi risiko kematian untuk yang tidak merokok. Risiko relatif sekali pun, yang berrasio 1 disimpulkan menunjukkan hubungan antara rokok dengan kematian. Padahal, standar rasio bisa diterima secara ilmiah di angka rasio minimal 2.

Baiklah, sekali lagi, sebaiknya kita berbaik sangka dengan tidak perlu mempertanyakan peneliti asing yang dipercaya Buya Syafii Maarif mendapatkan pendanaan darimana dan mengusung kepentingan apa. Tetapi melalui prosedur ilmiah, data yang dikutip oleh Buta Syafii Maarif tidak dapat dipercaya.

Kesimpulan yang diajukan oleh Buya Syafii Maarif yang menyatakan nikotin sebagai pembunuh orang merokok tidak bisa diterima, bahkan cenderung menyesatkan.

Nikotin (C10H14N2) memang merupakan zat yang identik dan secara alamiah terkandung dalam tembakau. Tetapi, jangan salah, nikotin alamiah lain juga hadir dalam kehidupan sehari-hari karena zat ini juga terkandung dalam kembang kol (3,8 gram nikotin), terong (10 gram nikotin), kentang (15,3 gram bagian isi dan kulit 4,8 gram), dan tomat (42,8 gram nikotin). Barangkali Buya Syafii Maarif juga mengkonsumsi ‘pembunuh’ itu, tapi tak apa, kami tetap berharap berharap Buya Syafii Maarif sehat selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun