Mohon tunggu...
Roinal Haruna Tasilipet
Roinal Haruna Tasilipet Mohon Tunggu... Mahasiswa

My hobby is playing soccer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Merantau Itu Bukan Cuma Jauh Dari Rumah, Tapi Juga Belajar Jadi Rumah Buat Diri Sendiri

18 Juli 2025   11:49 Diperbarui: 18 Juli 2025   11:49 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Merantau: Lebih dari Sekadar Pindah Tempat

Merantau bukan hanya soal memindahkan tubuh ke kota lain, atau hidup sendiri jauh dari keluarga. Itu baru permulaan. Yang sebenarnya terjadi adalah perjalanan jiwa perjalanan yang membentuk cara berpikir, merombak rasa takut, dan mengajarkan keberanian yang tak diajarkan di bangku sekolah. Setiap langkah jauh dari rumah adalah langkah mendekati versi dewasa dari diri kita sendiri.

Rumah: Tempat Atau Rasa?

Awalnya, kita pikir rumah itu alamat tempat ada meja makan, suara orang tua, dan aroma masakan ibu. Tapi makin lama merantau, kita sadar: rumah bisa saja jauh, tapi rasa aman bisa tetap dekat. Rasa itu bisa kita ciptakan sendiri: dari secangkir kopi yang diseduh dengan sabar, playlist lagu yang menemani hujan, atau sekadar bersihnya kamar setelah hari melelahkan. Rumah bukan tempat, tapi perasaan.

Kemandirian: Latihan Kecil Setiap Hari

Bangun pagi tanpa dibangunkan, beli sabun mandi sendiri, belajar masak karena uang kiriman makin tipis semua ini hal kecil. Tapi dari sinilah latihan kemandirian dimulai. Merantau mengajarkan bahwa kita harus berdiri, bahkan saat tak ada yang meneriaki kita. Dari hal remeh itulah karakter tumbuh dan tanggung jawab diasah.

Kesepian yang Mengajarkan Cinta

Tak semua kesepian buruk. Kadang kita butuh sendiri untuk mengenali suara hati. Kesepian itu mengajarkan kita untuk berhenti mencari validasi, dan mulai mendengarkan diri. Dalam sepi, kita belajar mencintai bukan hanya orang lain, tapi juga diri kita sendiri. Kita belajar bahwa tak apa merasa rapuh, asalkan kita tahu cara bangkit kembali.

Belajar Membangun Rumah Dalam Diri

Akhirnya kita mengerti bahwa "rumah" itu bisa dibangun di dalam dada. Ia adalah ruang batin tempat kita bisa bersandar, menangis, lalu tersenyum lagi. Rumah itu adalah kepercayaan diri, ketenangan saat sendirian, dan kekuatan saat semuanya terasa berat. Merantau memaksa kita membuat rumah di dalam, karena tak semua orang bisa jadi tempat pulang.

Kemandirian Emosional Tak Lahir dari Kenyamanan

Tak ada kemandirian emosional yang lahir dari zona nyaman. Ia lahir dari luka yang sembuh sendiri, dari malam-malam panjang yang tak kita ceritakan pada siapa-siapa. Emosi kita diuji, dari marah sampai pasrah. Tapi dari semua itu, kita belajar menata hati, bukan melarikan diri. Belajar tenang meski dunia di luar sedang ribut.

Hidup Bukan Untuk Pembuktian

Banyak yang tak paham kenapa kita memilih jalan ini. Mereka tak tahu beratnya kerja sambil kuliah, atau perihnya rindu yang ditahan. Tapi kita sadar, hidup bukan untuk membuat semua orang mengerti. Kita tak butuh pembuktian. Kita hanya perlu tumbuh, sesuai irama kita sendiri. Dan itu cukup.

Pulang yang Tak Lagi Sama

Setelah lama merantau, kita pulang. Tapi yang kita temukan bukan hanya rumah yang kita tinggalkan, melainkan perubahan dalam diri. Pulang tak lagi sekadar kembali ke tempat lama, tapi juga kembali dengan wajah baru wajah yang lebih kuat, lebih bijak, dan lebih tahu arah. Pulang bisa juga berarti berdamai dengan diri sendir

Mental Baja dari Hal-Hal Sepele

Merantau membentuk mental baja. Tapi bentuknya tak selalu heroik. Kadang hanya soal mampu menahan diri beli baju baru, menyelesaikan tugas meski ngantuk, atau tetap bertahan saat rindu rumah begitu menyiksa. Di balik hal-hal sederhana itu, mental kita diasah: menjadi lebih tahan banting tanpa harus terlihat keras.

Akhirnya, Kita Menjadi Rumah Itu Sendiri

Pada akhirnya, perjalanan ini bukan untuk menemukan rumah di luar, tapi untuk menjadi rumah itu sendiri. Kita menjadi tempat bagi orang lain untuk bersandar. Kita menjadi versi yang lebih tenang, lebih mengerti, dan lebih kuat. Dan saat kita menatap cermin, kita bisa berkata: "Aku pulang, ke dalam diriku sendiri."

Penutup: Merantau Itu Perjalanan Pulang ke Dalam Diri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun