Tanpa rencana matang, ia naik bus ke sebuah desa kecil di pinggiran Danau Toba.Â
Ia cuma ingin menenangkan pikiran. Sesampainya di sana, suasana desa yang tenang, udara sejuk, dan senyum ramah orang-orang mulai menyentuh hatinya.
Di desa itu, ia bertemu Pak Simbolon seorang petani yang hidup sederhana.Â
Setiap pagi, Pak Simbolon pergi ke ladang dengan senyum di wajahnya.Â
Dion heran, "Apa yang bikin dia bahagia? Hidupnya berat, tapi wajahnya damai."Â
Ia pun mulai ngobrol dengan Pak Simbolon, dan di sanalah Dion mulai belajar banyak hal.
Pak Simbolon bilang, "Hidup itu bukan soal punya banyak, tapi soal mensyukuri yang sedikit.Â
Kalau hatimu penuh syukur, hidupmu akan terasa cukup." Kalimat itu seperti menampar Dion pelan-pelan.Â
Ia sadar selama ini terlalu sibuk mengejar pengakuan orang lain, tapi lupa mengenali dirinya sendiri.
Hari demi hari di desa itu membuat Dion merasa lebih ringan.Â
Ia mulai bangun pagi tanpa alarm, membantu Pak Simbolon di ladang, dan menikmati kopi hitam sambil melihat matahari terbit.Â