Mohon tunggu...
RohmatulM
RohmatulM Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pentingnya Kewaspadaan Orang Tua terhadap Kekerasan Simbolik dalam Tayangan Kartun

12 Juli 2018   06:00 Diperbarui: 12 Juli 2018   06:52 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Anak-anak sedang bermain di luar rumah di Desa Kucur, Kabupaten Malang)

11 Juli 2018

Malang-Tayangan televisi menjadi teman keseharian jika tak ada aktivitas lain yang ingin dilakukan. Beragam sajian yang disuguhkan semakin memanjakan penonton, apalagi musim liburan sekolah yang panjang dimanfaatkan anak-anak untuk memuaskan diri di depan TV. Salah satu tayangan kesukaan anak-anak adalah kartun. Kartun adalah film yang menciptakan khayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan perubahan posisi. 

Namun, bagaimana jika tayangan tersebut justru buruk bagi perkembangan emosional anak. Hal itulah yang sedang diteliti oleh kelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang yang beranggotakan Wardhani sebagai ketua, Intan dan Rohmatul sebagai anggota.

Wardhani sebagai ketua tim mengaku bahwa dalam penelitian ini terdapat hal yang perlu segera disadari yaitu, terjadinya kekerasan simbolik melalui tayangan televise berupa kartun. 

Hal ini terlihat dari perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak tersebut. Kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang terjadi secara tidak disadari oleh penerimanya. Hal ini dikarenakan kekerasan ini bersifat sangat halus dan tidak terlihat secara langsung. Hasil adanya kekerasan simbolik hanya dapat terlihat dari perubahan perilaku atau komponen sehari-hari seperti bahasa, pakaian, atau bahkan pemikiran yang berbeda dari biasanya.

Hasil penelitian di Desa Kucur menunjukkan bahwa telah terjadi kekerasan simbolik pada anak-anak melalui tayangan kegemarannya yaitu kartun. Menurut hasil wawancara, diketahui bahwa anak-anak gemar menonton kartun ditambah lagi pada saat observasi, anak-anak tersebut menirukan apa yang ditontonnya. 

Tayangan kartun merupakan tayangan yang paling digemari oleh anak-anak di Desa Kucur dan kemungkinan besar merupakan tayangan kegemaran bagi anak-anak di berbagai wilayah lain. Oleh karena itu, perlu adanya pendampingan dari orang tua atau anggota keluarga lain untuk anak dapat menonton tayangan kartun tanpa terpengaruh dampak negatifnya seperti kekerasan simbolik.

 Wardhani sebagai ketua tim mengatakan bahwa pada saat wawancara dan observasi terdapat kendala yaitu marasumber atau anak-anak yang diwawancara dan observasi tidak dapat diganggu karena sedang asyik bermain. 

Akan tetapi, pada saat tersebut hasil observasi memperlihatkan bahwa apa yang dimainkan oleh anak-anak merupakan permainan yang sama seperti pada tayangan kartun, seperti bermain polisi dan pencuri pada tayangan Sepongebob Squarepants, bermain mainan rakitan seperti mobil-mobilan, robot, dan lain-lain. 

Pada saat bermain, bahasa yang digunakan oleh anak-anak terkadang berbeda dengan biasanya, pada kehidupan sehari-hari bahasa yang sering digunakan adalah bahasa jawa atau bahasa Indonesia. Akan tetapi, pada saat bermain tak jarang anak-anak menggunakan bahasa seperti bahasa Malaysia atau bahasa yang sedang trend di media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak tersebut telah mengalami kekerasan simbolik.

(Anak-anak sedang bermain di teras rumah di Desa Kucur, Kabupaten Malang)
(Anak-anak sedang bermain di teras rumah di Desa Kucur, Kabupaten Malang)
Berdasarkan hasil penelitian tersbut, maka dimohon untuk semua anggota keluarga atau khususnya orang tua agar lebih memperhatikan anak-anaknya. Jika kekerasan simbolik ini terus berlanjut maka dapat dipastikan bahwa generasi muda di masa mendatang akan terbiasa menerima kekerasan simbolik tanpa bisa menolak atau menghindarinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun