Mohon tunggu...
TITI ROFIQOH PAMBAYUN
TITI ROFIQOH PAMBAYUN Mohon Tunggu... -

aku adalah aku. seseorang yang banyak kekurangan. namun aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang-orang yang aku sayangi. amiinn..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekilas tentang Anak Sebagai Suatu Totalitas

26 Oktober 2010   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:05 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sekarang ini, banyak orang yang memandang bahwa anak itu sama halnya dengan orang dewasa. Padahal pandangan itu salah. Totalitas berarti keseluruhan. Sedangkan anak sebagai suatu totalitas, sekurang-kurangnya terdapat tiga pengertian.

Pertama, anak itu merupakan suatu organisme makhluk hidup yang memiliki kesatuan aspek pada diri anak tersebut. Tidak hanya aspek fisik saja, melainkan aspek psikis juga. Aspek fisik dan aspek psikis ini tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, organ tubuh anak seperti kaki, kepala, tangan, dan lainnya tidak akan bisa dipisahkan. Karena tidak dapat dipisahkan antara aspek fisik dan psikis ini maka kesatuan aspek yang terdapat pada diri anak ini bersifat keseluruhan. Kaki, kepala, dan tangan merupakan contoh aspek fisik.

Kedua, keseluruhan aspek fisik dan psikis anak itu saling berkaitan satu sama lain. Anak yang sedang malu pipinya bisa menjadi kemerah - merahan, anak yang sedang marah bisa menangis sampai menjerit - jerit. Anak yang sedang maliu dan anak yang sedang marah merupakan contoh dari aspek psikis, sedangkan pipinya yang menjadi kemerah - merahan dan menangis sampai menjerit - jerit itu merupakan contoh dari aspek fisik. Itulah hal yang dapat dijadikan contoh bahwa antara aspek psikis dan aspek fisik memang mempunyai keterkaitan satu sama lain. Apabila aspek psikis bereaksi, maka aspek fisik pun akan bereaksi juga.

Dan yang terakhir atau yang ketiga, secara keseluruhan anak berbeda dari orang dewasa, bukan hanya aspek fisiknya saja tetapi aspek psikis juga. Anak itu bukan gambaran kecil dari orang dewasa. Dilihat dari aspek fisik, anak memang ukurannya kecil. Tetapi pertumbuhan pada anak kecil masih bisa berkembang. Sedangkan pada orang dewasa relative sudah tidak dapat berkembang lagi.

Misalnya, anak yang berumur 7 tahun tinggi badannya masih sekitar 100cm, sedangkan orang dewasa berumur 20 tahun tinggi badannya sekitar 160cm. dengan tinggi badan anak yang masih sekitar 100cm itu, bukan berarti anak merupakan miniature dari orang dewasa. Tapi semakin berjalannya waktu, ketika dewasa nanti anak itu dapat mempunyai tinggi yang sama dengan orang tadi yang mempunyai tinggi sekitar 160cm tersebut. Hal itu membuktikan bahwa anak memang masih bisa mengalami pertumbuhan yang pesat.

Pada aspek psikis, anak juga berbeda dengan orang dewasa. Pada umumnya, anak kecil masih mempunyai daya pikir yang terbatas pada hal - hal tertentu saja. Sedangkan orang dewasa sudah dapat berpikir secara rasional dan berkembang pemikirannya. Sebagai contoh, anak cenderung masih mempunyai sifat egois, namun orang dewasa lebih mampu berpikir empati dan sosial.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anak sebagai totalitas dilihat kesatuan dari keseluruhan aspek psikis dan aspek fisik yang keduanya saling berkaitan. Selain itu, dapat kita lihat juga bahwa anak memang berbeda dari orang tua secara keseluruhan, baik dari aspek fisik mapun aspek psikis. Jadi memang salah kalau ada yang mengatakan bahwa anak itu miniatur orang dewasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun