Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Ketemu Laghora, Buaya Darat Saat Bepergian

8 Juni 2019   20:46 Diperbarui: 8 Juni 2019   20:50 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika petugas pertanahan menelpon saya bahwa mereka sudah mendekat, maka saya menyuruh sepupu saya untuk menjemput pemilik tanah, tempat saya membelinya, yang kampungnya hanya berjarak sekitar satu setengah kilometer. Tak lama kemudian, sepupu saya kembali dengan tujuan menjemput saya dan isteri saya, karena pemilik tanah tersebut sepertinya agak keberatan.

Dengan pikiran dan perasaan yang tidak menentu serta emosional, saya dan isteri saya segera menemui pemilik tanah tersebut di rumahnya. Sampai di sana, kami biasa-biasa saja, seperti kami tidak merasa emosional.

Pemilik tanah tersebut sedang duduk di bale-bale didampingi oleh isterinya yang sedang menganyam tikar. Kopi dan teh serta sirih pinang segera dihidangkan. Sebelum dipersilahkan, saya minta ijin untuk minum. Kemudian saya berkelakar biasa-biasa saja supaya komunikasi di antara kami berlangsung santai.

Sambil minum dan makan sirih pinang, pemilik tanah tersebut, meminta kami untuk memperjelas harga tanah tersebut. Kami melayaninya sesuai catatan yang disampaikan oleh isteri saya. Ia mengakui menerimanya. Namun ia berkelit bahwa harga yang dimauinya bukan itu dan merasa belum menandatangani kesepakatan penjualan dengan harganya.

Saya sudah emosional dan hampir marah. Tapi saya berusaha untuk mengendalikannya. Orang setua ini masih plin plan. Padahal ia sudah membubuhkan cap jempolnya pada materai 6000 Surat Pelepasan Hak dan harga jualnya juga tercantum di dalamnya. Disaksikan pula oleh kepala desa, masyarakat setempat dan sanak keluarganya dalam sebuah acara adat di rumahnya.

Berdasarkan catatan kami sebagaimana diakuinya tadi, uang kami sudah lebih. Itu pun kami tidak meminta tambahan luas lahan. 


Setelah isteri saya memberi penjelasan dengan sangat santun, rupanya ia menyadarinya. Anak laki-laki sulungnya dan isterinya juga mengakui. Namun ia tetap berusaha untuk minta tambahan uang lagi.

"Yang penting bukan saat ini," kata saya spontan. "Persaudaraan kita 'kan bukan hanya sampai di sini saja," lanjut saya.

Jawaban saya ini membuatnya senang. Saat itu aparat desa sudah menjemput kami untuk segera melakukan pengukuran. Kami pun segera menuju lokasi bersama pemilik tanah tersebut. Urusan menjadi lancar. Meskipun harus rugi lagi.

Setelah pengukuran, dalam perjalanan pulang, saya katakan kepada isteri saya bahwa jangan anggap sepeleh dengan tanda-tanda alam. 

"Saya juga sudah mimpi tadi malam. Tapi masih bisa saya tolerir," tuturnya. Mimpi apakah itu tidak dijelaskannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun