Mohon tunggu...
Choirul Huda
Choirul Huda Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer sejak 2010

Pencinta wayang, Juventini, Blogger. @roelly87 (www.roelly87.com)

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Menikmati Nasi Kucing di Sudut Utara Ibukota

18 Mei 2012   21:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07 1516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_177853" align="aligncenter" width="614" caption="Nasi Kucing "][/caption] Nasi Kucing? Sebelumnya saya sama sekali masih awam dengan makanan yang terkenal di Jawa Tengah dan Yogyakarta ini. Jujur, selain belum pernah memakan nasi kucing, juga karena stigma negatif dari isi makanan tersebut. Dahulu, saat masih sekolah saya beranggapan bahwa nasi kucing adalah makanan yang terbuat dari daging atau lauk pauk sisa-sisa rumah tangga atau restoran. Namun setelah mengenai dunia internet , informasi tentang nasi kucing tersedia di mana saja termasuk di Wikipedia, sebuah situs ensiklopedi digital yang populer. Sejak itulah saya mulai mengetahui tentang nasi kucing, berikut beberapa foto yang memuat isi dari penganan tersebut. Ternyata, adalah makanan biasa yang sering dimakan oleh mahasiswa terutama di Yogyakarta, dengan murah meriah sesuai kantong si pembeli. Hingga kemarin malam, sekitar pukul 22 wib, ketika hendak pulang kerja tanpa sengaja melewati kedai nasi kucing di daerah Pluit, Jakarta Utara. Sebab penasaran dengan "isi" dari nasi kucing karena sering mendengar tentang sisi menariknya, saya dan seorang sahabat AZ pun mampir ke kedai tersebut. Saat memarkirkan kendaraan, dari tenda berwarna kuning mencolok terlihat tulisan "Nasi Kucing - Wong Sragen" yang membuat pikiran saya dan AZ langsung tertuju pada kota Sragen di Jawa Tengah. Saat hendak memesan makanan, lagi-lagi dibikin bingung karena yang ada di piring hanyalah sebungkus nasi putih dengan sambal (lauk) ikan asin yang boleh dibilang imut. Ketika sang pedagang yang kerap sapa Masbang, atau singkatan dari Mas Bambang panggilan akrabnya, mengatakan bahwa kalo hanya satu bungkus nasi kurang "nendang". Sebab biasanya pembeli sekali makan bisa sampai tiga hingga empat porsi, ditambah dengan gorengan tempe tahu atau sate telor. Akhirnya saya mengikuti saran beliau, sebab sebelumnya memang belum pernah membeli nasi kucing tersebut, hanya dapat mendengarnya saja. Kemudian saya pun memesan satu bungkus nasi lagi, lalu ditambah gorengan dan sate telor puyuh. Sementara AZ ketika ditawarkan tidak begitu antusias, mungkin karena beliau berasal dari Aceh dan seleranya sedikit berbeda dengan lidah orang Jawa. Mengenai rasanya, mungkin agak sedikit aneh juga... Awalnya seperti biasa saja nasi tok campur sambal terasi dikiiiit sama ikan teri, lalu gorengan tahu tempe serta bakwan dan juga sate telor puyuh. Namun yang bikin sensasi berbeda, yaitu nasinya yang sedikit, hanya sekepalan tangan saja mirip nasi Jamblang di Cirebon. Jadi jangan harap kalau makan nasi kucing cukup satu porsi, paling tidak minimal memakannya dua porsi dalam satu piring. Memang, sambal terinya juga sedikit, tapi rasanya sangat menggigit dan juga pedas walau terlihat imut. Usai menyantap makanan pemuas rasa penasaran, saya pun menyeruput wedang jahe yang hangat. Sangat cocok di waktu malam, apalagi sore tadi sempat hujan yang membuat hawa menjadi dingin. Sambil mengobrol sejenak dengan Masbang yang memang berasal dari Sragen, atau tepanya di jalan raya Palur. Masbang bercerita mengenai usaha pertamanya berawal dari coba-coba, karena melihat di kawasan Pluit yang belum ada satupun pedagang nasi kuning. Dengan memberanikan diri, sang pedagang itu pun nekat membuka usaha nasi kucing dengan modal seadanya. Hari pertama hingga sepekan kemudian memang masih terlihat sepi, sering dagangannya "mengembrek " atau tidak begitu laku. Baru setelah pindah ke pinggir jalan Pluit Raya, seperti sekarang ini, mulai berdatangan para pembeli. Kalau malam banyak anak muda yang mendatangi kedainya, untuk menyantap nasi kucing atau sekadar menghangatkan tubuh dengan meminum wedang jahe. Kini setelah satu bulan lebih, kedainya menjadi ramai, Masbang yang mulai buka dari pukul 17 sore kadang tidak sampai pukul 21 malam sudah tutup karena dagangannya habis terjual. Menurut Masbang sendiri, dalam berdagang seorang pedagang mesti sabar dan tidak mudah gulung tikar begitu saja. "Saya dulunya juga sepi Mas, sempat pindah tempat berapa kali masih sepi juga. Tapi lama-lama akhirnya banyak yang tahu juga kalo di sekitar sini ada yang jual nasi kucing. Biasanya itu orang-orang yang lewat sini terus mampir terus dia bilang ke teman-temannya," ucap Masbang yang sehari bisa habis sekitar dua ratus bungkus nasi dan ratusan gorengan serta sate. Memang harga yang ditawarkan sangat murah dan terjangkau semua orang, apalagi bagi kawasan Pluit Raya yang dikelilingi pusat perkantoran di Jakarta Utara. Satu bungkus nasi kucing harganya rp 2.000, gorengan tempe-tahu rp 500, dan sate telur/ ampela rp 2.000. Untuk minumannya juga sama, wedang jahe harganya rp 3.000, sementara untuk teh manis panas/ dingin serta kopi, semua rata rp 2.000.

*     *     *

[caption id="attachment_177854" align="aligncenter" width="614" caption="Masbang, sang Penjual sedang bercerita tentang awal berdiri usaha nasi kucing"]

13373644051280882293
13373644051280882293
[/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_177855" align="aligncenter" width="614" caption="Dua porsi nasi kucing plus gorengan dan cabe rawit"]

13373645831442576542
13373645831442576542
[/caption]

*     *     *

[caption id="attachment_177856" align="aligncenter" width="461" caption="Memanaskan air wedang jahe di tungku"]

1337364666432808842
1337364666432808842
[/caption]

*     *     *

Untuk mengikuti dan melihat hasil karya Weekly Photo Challenge (WPC) sebelumnya di Akun Kampret. Foto-foto Dok. Pribadi

*     *     *

Jakarta, 19 Mei 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun