Mohon tunggu...
Roby Mohamad
Roby Mohamad Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya tidur, bermimpi, bangun, melamun, dan satu lagi: jarang mandi! :P

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

POS#5: Balada Kisah Di Balik Hamdalah

25 Februari 2016   05:12 Diperbarui: 3 Maret 2016   16:55 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan landasan ini, para ahli fiqh bereksplorasi: bila ada seorang yang bersumpah ingin memuji Allah dengan segala sumber pujian terkomplit sekaligus, maka hendaknya ia mengucapkan kalimat pujian ‘ala Nabi Adam ini.

 

Empat Kategori Pujian: Memuji Allah, Memuji Rasul-Nya

Lalu, apakah memuji itu hanya kepada Allah? Bolehkan kita memuji selain-Nya? Tentu sah-sah saja kita memuji selain Allah. Sangat manusiawi. Memuji sebuah ciptaan sama saja dengan memuji Sang Pencipta. Dalam hal ini, para ulama mengelompokkan jenis pujian menjadi empat kategori:

1. Pujian Allah kepada Dzat-nya sendiri, seperti firman-Nya: “Dialah sebaik-baiknya pelindung dan penolong.” (QS. Al-Anfal: 40)

2. Pujian Allah kepada makhluk-Nya, seperti pujiran Allah kepada Nabi Ayyub ‘alaihis salam: “Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44), pujian Allah kepada Baginda Rasul kita, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4).


3. Pujian makhluk kepada Sang Pencipta Allah Swt, sebagaimana yang dicontohkan Nabi dalam hadits Siti ‘Aisyah diatas dan juga kisah Nabi Adam saat bersin tadi.

4. Pujian sesama makhluk, seperti pujian Nabi Muhammad kepada Sahabat Abu Bakar, “Matahari takkan terbit dan terbenam di atas seorang lelaki yang lebih utama daripada Abu Bakar.” Begitu juga pujian pamanda Nabi, Sayyidina Abbas bin Abdil Muthalib (56 SH-32 H) yang terekam dalam sebuah hadits berikut:

“Sayyidina Khuraim bin Aus al-Tha’iy, seorang sahabat, radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku berhijrah kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sepulang beliau dari Tabuk dan aku masuk Islam. Lalu aku mendengar Abbas bin Abdul Muththalib berkata: “Wahai Rasulullah, aku ingin memujimu.” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Allah akan memberimu kehidupan dengan gigi-gigi yang sehat.” Lalu Abbas pun merangkai syair-syair pujian indah berikut:

مِنْ قَبْلِهَا طِبْتَ فِي الظِّلاَلِ وَفِيْ ... مُسْتَوْدَعٍ حَيْثُ يُخْصَفُ الْوَرَقُ

Wahai Rasulullah, engkau telah harum sebelum diciptakan di bumi, dan ketika engkau berada dalam tulang rusuk Adam, ketika ia dan Hawwa menempelkan dedaunan surga ke tubuh mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun