Mohon tunggu...
Robertus Dagul
Robertus Dagul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis merupakan bentuk kontemplasi untuk menemukan kejernihan pikiran terhadap fenoemena yang terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Ruang Publik Digital dan Efeknya terhadap Demokrasi Kita

24 Januari 2023   20:55 Diperbarui: 24 Januari 2023   21:13 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kondisi sosial kita yang tampak nyata dirasuk oleh amnesia yang tiada hari kita enggan lagi untuk saling tatap dengan wajah yang murah senyum, muram kadangkala. Setengah dari kehidupan manusia seperti berada dalam ruang yang tidak tampak nayata. Kecanggihan teknologi seolah menghilangangkan yang namanya pelukan.

Percakapan kian hari tiada terputus oleh ruang dan waktu. Meski tidak saling jumpa dalam raga. Tetapi interaksi berlangsung dengan degup-degup yang tiada batas.Yang jauh pun akan semakin dekat. Dimanapun orang itu berada. Semuanya akan bersatu dalam ruang digital yang namanya ruang virtual.

Betapa itu menjadi sebuah kemewahan yang harus dinikmati. Gadget pun menjadi kebutuhan yang harus diutamakan dalam hidup. Tanpa Gadget manusia kerap dianggap sebagai bagian dari mereka yang buta dengan yang namanya teknologi.

Semua sirkulasi informasi berlangsung dalam ruang yang serba tanpa mengenal waktu. Kita tinggal mencari kata kunci sesuai yang dinginkan oleh yang membutuhkan. Semakin mudah bagi yang sangat haus dengan informasi. Bahkan sangat mudah bagi mereka yang ingin menyelesaikan tugas yang rumit.

Ruang Publik Digital

Hampir separuh dunia bagian Barat memulai masuk pada era 5.0. Untuk negara-negara bagian Asia masih tergolong sangat minim dan hampir masih bercokol di era 4.0. Kita masih tertinggal dari Singapura dan juga negara-negara Tiongkok. Bagi mereka, era 4.0 hanya tinggal ucapan saja demi menyambut era 5.0.

Manusia kian senang dengan kehadiran teknologi. Komunikasi ruang publik yang berlangsung pada ruang virtual pun tidak bisa tergantikan lagi. Segala arus informasi pun berlangsung setiap saat. Mulai dari kebencian, saling fitnah, bahkan menciptakan ketakutan berlangsung dalam ruang digital.
 
Pengendalian diri pun hampir hilang tak karuan. Para pengguna khususnya pengguna media sosial hampir saja mudah dikendalikan oleh teknologi itu sendiri. Sekejap sengaja merehatkan aktivitas yang utama. Bahkan sampai tidak kenal waktu.

Bermacam-macam percakapan berlangsung di dalamnya. Pun kelompok-kelompok dengan ideologi tertentu juga ikut ambil bagian untuk mengisi diskursus terkait fenomena yang terjadi. Seperti misalnya proses perkuliahan mahasiswa dengan dosennya yang bertemu lewat ruang virtual.

Ruang publik (public Sphere), sebagaimana gagasan ilmuwan asal Jerman, Jurgen Habermas, bahwa ruang publik juga menjadi tempat percakapan orang-orang untuk menghasilkan sebuah keputusan. Namun ruang tersebut sudah diganti dengan yang namanya ruang publik digital.

Kesepatan tidak lagi diputuskan di ruang nyata, melainkan terjadi dalam ruang digital. Yang memudahkan manusia dari segi waktu. Tetapi patut dipertanyakan sejauh mana keputusan tersebut menjadi agenda bersama yang efektif.

Bagaimana Demokrasi Kita

Percakapan di ruang publik digital pun ikut mempengaruhi pertumbuhan demokrasi kita. Kebebasan pun tumbuh berseliweran dengan berbagai macam perbincangan dan topik yang sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri.

Kehadiran ruang publik digital ini pun seoalah mempetanyakan kita, tentang sejauh mana perkembangan demokrasi kita dengan kehadiran sosial media. Apakah makin efektif atau malah jauh bergeser ke belakang.

Ketika disrupsi itu hadir menjangkau pada semua sisi dan lapisan masyarakat. Distulah narasi mulai diciptakan oleh mereka yang mempunyai kekuatan untuk mengendalikan dan membungkam suara-suara kritis.

Dalam sebuah berita yang dilansir detiknews, pada 06 Agustus 2022 yang berjudul " Tempo Di-hack Usai Beritkan Irjen Ferdy Sambo Ditangkap".

Berita di atas tentu semakin menguatkan kita akan ruang publik digital yang belum begitu menjamin adanya kebebasan yang berlangsung di dalamnya. Tidak hanya itu, perang oipini juga berlangsung dalam hitungan menit dan detik.

Bahkan suara-suara yang menyentuh dan menyinggung kekuasaan hampir saja hilang dalam hitungan menit saja. Percakapan itu kian tak terkontrol ketika ditambah lagi dengan yang namnya Hoaks. 

Manusia seolah percaya dengan tanpa menyeleksi setiap arus informasi yang muncul. Kita hanya bisa mengangguk-angguk karena tiada lagi ruang yang harus disalurkan untuk memberikan pikiran yang cemerlang demi sebuah nation yang dicita-citakan bersama. 

Seoalah ada yang hilang dan tiada lagi menjadi sebuah prestasi bagi dunia. Ia yang disebut Demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun