Mohon tunggu...
Robert EppeDANDO
Robert EppeDANDO Mohon Tunggu... -

"Jangan HANYA mengenang sejarah. Tetapi, CIPTAkan SEJARAH"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Gaharu: Berlian Hijau dari Timur

18 Maret 2017   16:36 Diperbarui: 19 Maret 2017   02:00 2066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

POHON TERMAHAL DI DUNIA ADALAH POHON GAHARU YANG HARGANYA MENCAPAI RATUSAN JUTA RUPIAH PER KILOGRAM. INDONESIA MERUPAKAN LAHAN TERBAIK UNTUK MENUMBUHKAN GAHARU

GAHARU merupakan bahan aromatik termahal di dunia. Indonesia adalah eksportir gaharu terbesar dan urutan satu dunia. Gaharu akan menjadi bahan baku untuk parfum elit, kosmetik mahal, obat-obatan (chemical content), dan ritual keagamaan.

Namun, kuota ekspor Indonesia per tahun menurun drastis. Dari 456 ton (1999) tersisa hanya 30 ton (2000). Apakah kuota 2017 kembali menanjak? Tentu tidak. Penyebabnya adanya penebangan pohon penghasil gaharu di hutan secara liar, tanpa budi daya. Padahal, harga gaharu kualitas terbaik di pasar dunia berkisar Rp. 5 juta hingga Rp. 20 juta per kg. Bahkan pernah bertengger di Rp. 100 juta per kg. Gaharu kelas paling rendah saja sekitar Rp. 50 ribu per kg.

Mahalnya harga gubal pohon gaharu tersebut menghipnotis banyak orang untuk berlomba membudi-dayakannya. Selain bernilai ekonomis tinggi, gaharu dapat tumbuh di hutan tropis. Seluruh bagian gaharu, dari akar hingga daun memiliki harga mahal. Namun, publik belum mengenal jenis pohon pengasil gaharu. Hanya orang tertentu saja yang mengenalnya. Padahal, gaharu dapat menghasilkan banyak uang. Apalagi pohon tersebut dapat tumbuh di pekarangan rumah. Petani bisa menanam di pekarangannya.

KEBUTUHAN RAJA-RAJA

Gaharu sudah dikenal sebagai komoditas termahal dan konsumsi raja-raja sejak kerajaan kuno Mesir, Babilonia, Mesopotamia, Romawi, dan Yunani. Mumi di Mesir, selain diolesi kayu manis dan cengkeh, juga diberi minyak mur, minyak cendana, dan minyak gaharu. Dalam Alkitab, disebutkan bahwa kain kafan Sang Manusia Ilahi, Ilahi Manusia (Yesus Kristus) direciki aloe. Aloe yang dimaksud bukan aloevera (lidah buaya), melainkan gaharu. Karena itu, kayu gaharu disebut aloeswood (kayu aloe). Sinonim lain adalah agarwood, heartwood, dan eaglewood.

 Di pasar dunia, gaharu diperdagangkan dalam bentuk kayu, serbuk, minyak, teh daun gaharu, dan air rendaman kayu gaharu. Kayu gaharu bisa dijadikan bahan kerajinan bernilai tinggi. Minyaknya merupakan parfum kelas atas. Dupa gaharu dapat dimanfaatkan untuk mengharumkan ruangan, tubuh, dan pakaian para bangsawan. Aroma gaharu digunakan sebagai aromatherapy pada spa-spa elit untuk ramuan awet muda (anti aging).

 Serbuk gaharu digunakan sebagai dupa (hio) untuk ritual keagamaan Hindu, Budha, Kong Hu Cu, Tao, Shinto, Islam, dan Katolik. Kayu gaharu disebut sebagai kayu para dewa, karena aromanya dipercaya mentahirkan peralatan keagamaan. Bahkan, jikalau gaharu dibakar, maka roh jahat akan hengkang. Hanya roh-roh suci, bahkan orang kudus akan datang menghirup aroma surgawi itu. Mungkin hanya aroma gaharu yang layak mengitari tingkap-tingkap Surga.

 Selain untuk ritual keagamaan, parfum, kosmetik, dan obat-obatan, gaharu sering dikaitkan dengan mitis-magis, entah faedahnya maupun perburuannya di hutan. Hingga kini, pengambilan gaharu di hutan masih dilakukan secara tradisional, bahkan nuansa magis. Pencarian gaharu di lokasi yang sulit harus menggunakan pesawat terbang atau helikopter. Hilangnya beberapa helikopter pencari gaharu di hutan Kalimantan memperkuat kesan mistiknya.

UPAYA BUDI DAYA
KOMPIGAR---Komunitas Petani Gaharu Nusantara peduli dengan kepunahan spesies gaharu, berupaya melakukan budi daya semua jenis gaharu—34 spesies—dengan cara swadaya, dalam program GAHARUNISASI NUSANTARA (GARNISUN), yang didukung kajian akademis dan pakar gaharu dari IPB, UGM, LIPI, Badan Litbang Departemen Kehutanan, Institut Pertanian, dan lain-lain.

 Melalui program GARNISUN, yang telah dideklarasikan bersama di Magister Managemen UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta, 9 Mei 2010, maka setiap dusun dan desa perlahan melakukan budi daya gaharu secara akademis-profesional dan menanggalkan kesan magis-tradisional atau spiritual sempit tentang gaharu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun