Kita Bukan Generasi Lemah
Pernah nggak sih kamu tiba-tiba ngerasa capek banget padahal belum ngapa-ngapain? Bangun tidur langsung buka HP, buka Instagram, TikTok, Twitter, lalu scroll-scroll tanpa arah. Tahu-tahu sore, kepala pusing, mood ancur, tapi tugas belum tersentuh. Terus kamu mikir: "Aku kenapa sih? Kok nggak produktif banget? Kok aku begini terus?"
Tenang. Kamu nggak sendirian. Dan lebih penting lagi: kamu bukan malas atau lemah. Mungkin kamu cuma kelelahan yang nggak kelihatan secara fisik, tapi efeknya nyata.
Dunia Digital yang Terus Memanggil
Kita hidup di era ketika notifikasi jadi suara latar hidup kita. Kalau HP kita diam sebentar aja, rasanya kayak ada yang kurang. Kita kejebak di dunia yang nggak pernah berhenti: berita terus muncul, konten terus update, orang terus bicara.
Menurut laporan We Are Social, rata-rata orang Indonesia menghabiskan lebih dari 8 jam sehari di internet. Itu satu shift kerja penuh. Dan dari angka itu, hampir separuhnya dihabiskan hanya untuk konsumsi media sosial.
Kita disuruh 'melek informasi', tapi nggak dikasih waktu buat mencerna. Semuanya serba cepat. Bahkan kecepatan jadi standar keberhasilan: siapa yang tahu duluan, siapa yang komen tercepat, siapa yang update paling viral.
Padahal, manusia itu bukan mesin. Otak kita bukan hard disk tanpa batas. Kita butuh jeda. Kita butuh waktu buat merenung, bukan cuma menerima.
Film seperti The Social Dilemma udah menggambarkan gimana algoritma bekerja: mereka bukan cuma menyajikan konten, tapi menjebak kita di dalamnya, bikin kita stay lebih lama, lebih lama, dan lebih lama lagi.
Kelelahan Mental yang Dianggap Sepele
Istilahnya: scroll fatigue. Kelelahan akibat terus-menerus mengonsumsi informasi tanpa henti. Sama seperti makan junk food terus-menerus, otak kita juga bisa 'keracunan' konten.
Bahkan berita-berita serius pun kadang bikin capek. Bayangin, satu jam pertama kamu baca soal perang, satu jam berikutnya drama artis, lalu komentar netizen, lalu potongan podcast yang isinya saling menyalahkan.
Itu bukan cuma information overload, tapi juga emotional overload. Kita dipaksa merasakan banyak hal dalam waktu singkat. Padahal kapasitas emosi kita terbatas.