Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Akal dan Abu Jahal

12 Desember 2019   09:43 Diperbarui: 13 Desember 2019   07:40 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : artikula.id

Jadi, alat utama untuk menjadi manusia yang Islami itu adalah akal, bukan Al Qur'an atau Hadits, apalagi kitab-kitab karangan ulama. Tapi karena fanatisme, orang tidak bisa menerima itu,  "Ojok salah! Al Qur'an dulu, baru akal!" Sakarepmu Ndes.

Kalau kamu beli barang eletronik, kamu akan diberi buku manual yang gunanya untuk mengetahui cara menggunakan barang tadi. Tapi seandainya tanpa buku manual pun, orang akan tetap berusaha untuk bisa menjalankannya. Masalahnya adalah itu akan membutuhkan waktu lama.  Karena harus melakukan trial and error berkali-kali.

Zaman dulu sebelum ada kitab suci, orang mencari-cari sendiri siapa yang menciptakan alam semesta ini. Dengan mendayagunakan akal dan nalurinya mereka pun menemukan Dewa, peri, buto.

Berhubung manusia semakin tersesat, akhirnya Tuhan nggak sabar juga, Dia pun menurunkan kitab suci beserta NabiNya.

Seandainya tidak dikasih Al Qur'an atau kitab suci yang lain, manusia yang akal dan hatinya beres nggak akan menyakiti manusia lainnya. Apa berbuat baik harus menunggu kitab suci dulu? Masak agar tidak saling bunuh sesama manusia harus menunggu ada hukum dulu?

Justru perang atau kekacauan di dunia ini dicetuskan oleh orang yang paham hukum. Dan itu disebabkan oleh pertikaian antara agama yang berbeda. Agama datang harusnya mendamaikan tapi malah menyebabkan perang.

Banyak suku pedalaman terpencil yang hidup rukun dan baik dengan sesamanya. Padahal sama sekali tidak paham kitab suci maupun hukum modern. Dan malah merekalah yang sering jadi korban manusia-manusia intelek yang beragama dan mengerti hukum.

Makanya hukum itu rendah. Kamu cuek ketika ada orang jatuh di jalan, itu nggak salah menurut hukum. Tapi salah menurut akhlak. Jadi yang tinggi itu akhlak. Tanpa akhlak yang beres, hukum bisa dimainkan dengan uang dan kekuasaan.

Wis ah.

-Robbi Gandamana-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun