Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Akal dan Abu Jahal

12 Desember 2019   09:43 Diperbarui: 13 Desember 2019   07:40 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : artikula.id

Orang mengadakan acara pernikahan (mengundang banyak orang) itu bertujuan agar khalayak mengetahui dengan pasti  (wajah) bahwa ada pasangan kekasih yang telah resmi menjadi suami istri. Sehingga tidak timbul fitnah saat mereka berduaan di depan publik.

Terus bagaimana khalayak bisa tahu si pengantin wanita kalau wajahnya ditutupi kain . Si pria ini menikah dengan siapa????

Walau nama pengantin wanita ditulis di surat undangan, tapi tetap saja orang butuh bukti otentik yang meyakinkan.

Abad 21 harusnya menjadi puncak kecerdasan manusia.  Sayangnya banyak yang begitu takut menggunakan akal dalam membaca ayat.
Manusia menjadi mahkluk utama karena akal pikirannya. Akal adalah karunia tertinggi dari Tuhan bagi umat manusia, bahkan bagi alam semesta. Hanya manusia yang punya keistimewaan itu.

Semua Nabi dikarunia mujizat yang nggak bisa dinalar dengan akal, tapi sebenarnya akal adalah mujizat yang tertinggi. Bagaimana manusia dengan akalnya menjadikan besi bisa terbang (pesawat terbang). Mengirim pesan, tulisan plus gambar ke orang yang sangat berjauhan hanya dengan henpon.

Akal manusia itu pondasi dasar peradaban. Tanpa akal, kehidupan manusia akan berjalan stagnan. Tidak akan ada penemuan-penemuan. Urip cuman gawe mangan turu koyok wedus.

Jangan pernah melakukan hal apapun tanpa akal. Membaca ayat atau dalil pun harus dengan akal. Dan memang jodohnya kitab suci adalah akal. Makanya kitab suci tidak akan diturunkan pada binatang. Coba saja sodorkan Al Qur'an pada anjing. Pasti anjingnya tersinggung dan misuh, "menungso!"

Akal adalah karunia Tuhan yang paling mulia. Tapi zaman sekarang kata "diakali" malah berubah menjadi kata yang hina. Padahal dalam kehidupan sehari-hari manusia itu kerjaannya ngakali. Beras diakali jadi nasi, pohon diakali jadi meja kursi, kapur dan lempung diakali jadi semen.

Tapi tentu akal harus disinergikan dengan hati. Hasil putusan dari akal harus dipertimbangkan dengan hati. Kadang akal mengatakan iya, tapi hati menolak. Begitu juga sebaliknya. Tanpa perpaduan akal dan hati, manusia akan terombang-ambing dalam kesesatan.

Kalau memahami agama hanya dengan akal saja, manusia bisa jadi ateis. Karena agama itu soal ghaib. Dan akal manusia tidak mampu menjangkau  pengetahuan soal Tuhan. Dengan kata lain Tuhan nggak bisa dibuktikan secara ilmiah. Tuhan hanya bisa dirasakan dengan hati. Itu pun harus dengan hidayah dulu.

Kitab suci itu buku manual agar manusia selamat menjalani hidup sampai akhirat. Dan itu harus dibaca dengan memperdayakan akal. Itulah sebabnya posisi akal itu di atas kitab suci. Seandainya manusia itu diciptakan tanpa akal, nggak akan pernah ada kitab suci. Akal dulu, baru ada kitab suci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun