Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara Kapitalisme dan Sistem Zonasi

22 Juni 2019   13:51 Diperbarui: 22 Juni 2019   19:35 1389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah sekarang memang tempat training calon pegawai perangkat industri. Nggak ada urusannya dengan akhlak dan moral. Seorang sarjana yang terbukti menghamili anak orang, gelar sarjananya tidak akan dicopot. Tapi kalau ada ustadz yang ketahuan mesum, pasti tidak akan lagi diakui sebagai ustadz. Dia juga bakalan malu luar biasa, lari ke Arab.

Pemerintah sekarang sebenarnya agak cerdas dengan kebijakan zonasi yang bertujuan menghapus Sekolah Negeri Favorit atau Unggulan. Pemerataan bla bla bla bla tanyakan pada Menteri Pendidikan.

Jadi sistem zonasi itu sebenarnya bagus. Masalahnya kebijakan itu terlalu prematur kalau diterapkan saat ini. Yang dirolling cuman kepala sekolah dan guru. Tapi sarana prasana Sekolah Negeri di tengah kota dan pinggiran kota masih sangat jauh berbeda.

Ya'opo se rek, standarisasi belum beres, tapi kebijakan sudah diterapkan. Sebelum kebijakan zonasi diterapkan, favoritkan semua Sekolah Negeri di Indonesia (tumben ejaane bener, biasane Endonesyah. Sekali-kali tertib Ndes).

Sekolah Negeri di tengah kota sarana dan prasarananya oke punya. Sedang Sekolah Negeri pinggiran kota kondisinya kumuh jaya. Tentu saja orang tua calon murid yang rumahnya dekat Sekolah Negeri Kumuh pecah ndase. Nggak tega hati melihat buah hatinya hanya diterima di Sekolah Negeri cap Kandang Kambing. Naif memang, syarat diterima di sekolah bukan karena nilai (prestasi) tapi karena meteran.

Aku bukan penyembah sekolah favorit. Tapi kebanyakan yang disebut sekolah favorit itu fasilitasnya memang jos gandos. Konduksif, menggembirakan dan menyehatkan. Itu prinsip. Dan kalau ingin tahu sebuah sekolah itu bagus atau payah, lihatlah toiletnya.

Memang susah jadi Menteri Pendidikan, nuruti permintaan rakyat yang bermacam-macam. Tapi kalau nggak mau susah ya jangan jadi menteri, jadi ilustrator ae. Nang kantor wong-wong podo kerjo, tapi ilustratore malah nggambar ae.

Ah embuh rek...
-Robbi Gandamana-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun