Mohon tunggu...
Robbi Gandamana
Robbi Gandamana Mohon Tunggu... Ilustrator - Ilustrator

Facebook : https://www.facebook.com/robbi.belumfull -------- IG : https://www.instagram.com/robbigandamana/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sistem Zonasi, Sistem Pendidikan yang Setengah Matang

29 Juni 2018   13:54 Diperbarui: 25 Juni 2019   05:59 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Robbi Gandamana

Saat ini sekolah swasta sedang laris-larisnya. Banyak ortu mumet cari sekolah negeri (yang murah dan mbois) untuk anaknya.  Karena pusing dengan kebijakan sistem zonasi, sistem yang mengharuskan pihak sekolah negeri hanya menerima siswa baru yang satu zona dengan sekolah tersebut. Rasis!

Makanya sekarang yang KK (Kartu Keluarga)-nya luar kota, pada mumet berjamaah menghadapi sistem zonasi ini.

Banyak warga yang berdomisili di suatu daerah nggak selalu ber-KK di daerah tersebut. Apalagi di Solo ini yang pembagian wilayahnya aneh. Daerah yang jauh dari pusat kota Karanganyar (lebih dekat kota Solo) tapi ternyata masuk wilayah Karanganyar. Makanya banyak yang domisilinya Karanganyar tapi KK-nya Solo.

Begitu juga dengan wilayah kota Sukoharjo. Kupikir dulu Kartasura itu masuk Solo, ternyata masuk wilayah Sukoharjo. Padahal jauh dari pusat kota Sukoharjo (lebih dekat dengan kota Solo). Maksude opo wong-wong iku. Mbingungi Ndes.

Sebenarnya tujuan sistem zonasi itu mulia ---> menstandarisasi kualitas sekolah negeri se-Endonesyah. Jadi, nggak ada lagi istilah Sekolah Negeri Favorit atau Sekolah Negeri Top Bingitss. Semua sekolah kwalitasnya sama. Tapi masalahnya, yakin itu bisa terwujud?

Masih buanyak sekolah negeri yang kwalitasnya payah total.  Terutama sekolah di kampung pinggiran kota. Nggak tega aku menyekolahkan anak di sekolah yang hanya sekedar sekolah. Sori Ndes, biar kere asal sombong. Bagiku, harusnya gengsi itu pendidikan yang bagus buat anak, bukan gadget canggih.

Dengan sistem zonasi, pemerintah maunya siswa yang  pandai tersebar, nggak hanya di sekolah favorit. Itu bagus, tapi orang tua punya hak 100% memilih atau menentukan sekolah untuk anaknya. Mau menyekolahkan anak di sekolah negeri atau luar negeri itu mutlak hak rakyat.

Jadi, sistem zonasi ini otoriter.  Nggak bisa rakyat dipaksa menyekolahan anak di sekolah yang ditentukan negara. Tapi, itulah kerjanya negara---> merepotkan rakyatnya.

Dengan sistem zonasi, nggak ada lagi kompetisi di dunia pendidikan. Hanya karena KK-nya luar kota, anak cerdas terpaksa dikalahkan anak ndlahom. Karena si ndlahom sewilayah dengan sekolah negeri yang diperebutkan. Jadi sekarang nilai bagus bukan lagi syarat mutlak masuk sekolah negeri yang berkwalitas dan murah meriah.

Apesnya ada yang sekolah negeri bagus yang kuotanya cuman satu kelas. Ajur Jum. Akhirnya mau nggak mau sekolah swasta adalah pilihan akhir. Kalau orang berduit itu bukan masalah besar. Tapi bagi yang kere..pusing pala babi. Anakku kembar Jum, dobel biaya.

Sarana belum beres, tapi kebijakan sudah diberlakukan dengan tegas. Pemerataan kwalitas sekolah belum tercapai, tapi sistem zonasi sudah diterapkan. Jadi sistem zonasi adalah sistem yang setengah matang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun