Entah sejak kapan, malam di Kyiv menjadi sunyi dan sepi. Mungkin sejak, jam gerak kami diperketat. Dan lampu kami mesti dipadamkan, dari sepuluh menuju tujuh. Ketika itu malam kami menggelap dan rumah kami gulita. Aku bersembunyi sendiri di rumah, terpisah dari keluarga.
Entah sejak kapan, hari di kyiv menjadi mencekam. Terdengar suara letusan dan dentuman dimana-mana. Mungkin sejak, putin rajin menghadiahi kami rudal balistik. Bermula empat sampai seratus enam. Aku berdoa sendiri, berharap rudal-rudal itu tidak singgah di rumahku. Dan juga untuk rumah lainnya.Â
Ada hari, dimana aku berjaga bersama bom molotov rakitan di rumah. Ada hari, dimana aku bersembunyi  di ruang bawah tanah, garasi dan metro bawah tanah. Sembari berharap perang bodoh ini usai. Berharap agar nasib kami tak berakhir menjadi palestina kedua. Dijajah.
Zelensky mengatakan, Tinggalkan tanah kami. Begitu juga aku, warga Kyiv, dan semua warga yang mencintai negara ini, Ukraina. Semoga invansi ini segera berakhir. Semoga semua perusuh berseragam militer kembali ke kremlin.Â
Hari ini dan esok-esok, Aku tak ingin Kyiv-ku, bernasib sama seperti Kherson. Jatuh ke tangan beruang putih eropa timur.Â
Karena, Kyiv-ku bukan lah Kiev-mu. Kyiv-ku milik Ukraina, bukan Rusia.