Mohon tunggu...
Rizki Fajar Novanto
Rizki Fajar Novanto Mohon Tunggu... Freelancer - Railway Enthusiast

Mahasiswa Hubungan Internasional Railway Enthusiast Think Global ! Act Local ! Tinggal saat ini di Depok,Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Pengembangan Sistem Keselamatan Kereta Api Otomatis Berbasis Sistem Indusi (PZB) di Indonesia

7 Juli 2019   14:41 Diperbarui: 7 Juli 2019   17:25 1181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Track Balise Sistem Indusi (PZB) Buatan Altpro Dengan Latar Belakang Kereta Inspeksi Semeru. (Sumber: Altpro)

Pertumbuhan penduduk Indonesia akan berdampak pada tingginya tingkat permintaan akan kebutuhan transportasi, salah satunya adalah kereta api. Kereta api sudah menjadi ikon alat transportasi yang memiliki intensitas perjalanan yang stabil dan lebih efektif. Selain itu daya angkut kereta jauh lebih banyak daripada daya angkut sarana transportasi lainnya. 

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi kereta api, maka perlu ada kesiapan penggunaan moda kereta dari segi kualitas dan kuantitas, Salah satunya adalah peningkatan keselamatan perjalanan kereta api. Seiring dengan peningkatan frekuensi perjalanan kereta api, keselamatan perjalanan harus ditingkatkan. 

Direktorat Jenderal Kereta Api bersama dengan BPPT dan PT Len telah mengembangkan sistem keselamatan kereta api otomatis berbasis sistem Indusi (PZB) sejak 2012. Penetapannya diatur dalam PM 52 Tahun 2014 Tentang Perangkat Sistem Keselamatan Kereta Otomatis dan Peraturan Direktur Jenderal Perkeretaapian nomor : HK 207/SK 59/DJKA/3/15 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Keselamatan Kereta Otomatis Jenis Indusi.

Sistem PZB (Punktförmige Zugbeeinflussung) atau Indusi adalah Sistem pengaman kereta atau ATP (Automatic Train Operation) menggunakan indusi magnetik. Balise (disebut magnet dalam sistem ini) yang berada di jalur kereta api atau on track balise akan dialiri listrik. Balise yang berada di lokomotif atau kereta terdepan dari rangkaian akan merespon reaksi yang terjadi ketika kedua balise bertemu. 

Reaksi ini dibaca oleh central device yang berada di dalam kabin. Kecepatan yang ditentukan akan ditampilkan pada lampu indikator maupun Driver Machine Interface yang berada di dalam kabin kereta atau lokomotif. Kecepatan yang ditentukan secara berurutan mulai dari 85 km/h, 70 km/h, dan 55 km/h. 

Tampilan Indikator di Kereta Api yang Dipasang Sistem Indusi atau PZB. (Sumber: Siemens)
Tampilan Indikator di Kereta Api yang Dipasang Sistem Indusi atau PZB. (Sumber: Siemens)

Balise yang berada di jalur kereta api terdiri dari Balise 1000Hz,Balise 500 Hz dan Balise 2000Hz. Semua Balise ditempatkan di rel sebelah kanan dari arah perjalanan kereta api. 

Pada persinyalan elektrik dan persinyalan intermediate blok,balise 1000 Hz ditempatkan di sinyal muka. Balise 500 Hz ditempatkan setelah sinyal muka dan sebelum sinyal masuk. Balise 2000Hz ditempatkan di sinyal masuk. 

Konfigurasi Penempatan Balise Pada Persinyalan Elektrik dan Intermediate Blok. (Sumber : Ditjenka)
Konfigurasi Penempatan Balise Pada Persinyalan Elektrik dan Intermediate Blok. (Sumber : Ditjenka)

Pada persinyalan mekanik hanya pemasangan balise 1000 Hz yang berbeda. Pemasangan balise 1000Hz ditempatkan sebelum sinyal muka,kurang lebih 500 meter dari sinyal muka.

Konfigurasi Penempatan Balise Pada Persinyalan Mekanik. (Sumber : Ditjenka) 
Konfigurasi Penempatan Balise Pada Persinyalan Mekanik. (Sumber : Ditjenka) 

Pada persinyalan blok elektrik penempatan balise 1000Hz ditempatkan sebelum sinyal muka blok. Balise 500 Hz ditempatkan sebelum sinyal blok sekitar 250 meter dari sinyal blok dan Balise 2000Hz ditempatkan di sinyal blok.

Konfigurasi Penempatan Balise Pada Persinyalan Blok Elektrik. (Sumber : Ditjenka)
Konfigurasi Penempatan Balise Pada Persinyalan Blok Elektrik. (Sumber : Ditjenka)

Pada sinyal berangkat,balise 2000 Hz ditempatkan tepat di sebelah sinyal berangkat.

Penempatan Balise Bila Dilihat Dari Atas. (Sumber : Ditjenka)
Penempatan Balise Bila Dilihat Dari Atas. (Sumber : Ditjenka)

Pada persinyalan elektrik, Balise 1000 Hz harus aktif pada saat aspek kuning sinyal. Balise 500Hz dan 2000Hz harus aktif pada saat aspek merah pada sinyal.

Sedangkan pada persinyalan mekanik, Balise 1000Hz harus aktif pada saat lengan berkedudukan hati-hati pada sinyal. Balise 500Hz dan 2000Hz harus aktif pada saat lengan berkedudukan berhenti pada sinyal.

Selain balise pada lampu sinyal, balise pun ditempatkan pada tempat-tempat yang ditentukan batas kecepatan (taspat). Balise taspat dipasang dengan cara diclamp pada rel atau dibaut pada bantalan rel. Balise taspat harus terpasang sebelum titik kecepatan dengan konfigurasi seperti gambar dibawah ini.

Penempatan Balise Taspat. (Sumber : Ditjenka)
Penempatan Balise Taspat. (Sumber : Ditjenka)

Balise pada kereta maupun lokomotif ditempatkan pada bagian bawah kedua ujung sisi kanan kabin masinis. Dipasang menggunakan rangka pasang dan memiliki jarak 150mm terhadap balise jalur (track balise).

On Board Balise (Balise Pada Lokomotif atau Kereta) Yang Terpasang Pada Kereta Inspeksi Semeru Ketika Dihadapkan Dengan Track Balise. (Sumber : BPPT)
On Board Balise (Balise Pada Lokomotif atau Kereta) Yang Terpasang Pada Kereta Inspeksi Semeru Ketika Dihadapkan Dengan Track Balise. (Sumber : BPPT)
Semua balise harus terlindungi oleh perangkat ATP Protection agar terhindar dari berbagai benturan maupun hal-hal yang tidak diinginkan.

Tampilan balise lengkap dengan pelindungnya. (Sumber : Pribadi)
Tampilan balise lengkap dengan pelindungnya. (Sumber : Pribadi)

Selain itu di lokomotif dipasang sensor kecepatan dan panel kabin masinis. Sensor kecepatan berfungsi untuk mengukur kecepatan kereta api secara riil. Sensor ditempatkan di as roda kereta api. Untuk panel kabin masinis, terdiri dari beberapa perangkat yaitu indikator kecepatan kereta, indikator lampu, indikator suara (alarm) dan tombol.  

Panel tersebut sebagai alat indikator dan kendali terhadap perangkat sistem operasional,sebagai kendali pelepasan pengereman pelayanan (service brake) maupun pengereman darurat (emergency brake), sebagai indikator melewati sinyal aspek kuning atau lengan berkedudukan hati-hati yang memberikan indikator berupa suara atau alarm dan sebagai kendali fungsi dalam keadaan darurat.

Control Device Sistem Keselamatan Kereta Otomatis Berbasis Sistem Indusi (PZB) yang terpasang pada Kereta Inspeksi Semeru. (Sumber : BPPT)
Control Device Sistem Keselamatan Kereta Otomatis Berbasis Sistem Indusi (PZB) yang terpasang pada Kereta Inspeksi Semeru. (Sumber : BPPT)

Perangkat pendukung lainnya untuk sistem ini yaitu:

  1. Unit Kendali Utama sebagai pemroses informasi dari aspek sinyal.
  2. Perekam data (Data Logger) berfungsi untuk mencatat/merekam/menyimpan data semua proses yang terjadi di SKKO lengkap dengan waktu kejadian.
  3. Unit Aktuator Pneumatik berfungsi mengaktifkan perintah pengereman pelayananan maupun pengereman darurat. 
  4. Unit Interface di Kereta Api (On Board Interface Unit) berfungsi sebagai interface SKKO dengan pengkabelan (wiring) eksisting kereta api dan pengaman terhadap hubung singkat listrik.
  5. Pemantau Balise Jalur.
  6. Perangkat pendukung lokomotif maupun balise track

Tampilan Kabin Masinis Yang Sudah Terpasang Sistem Keselamatan Kereta Otomatis Jenis Indusi (PZB). (Sumber : PT Len)
Tampilan Kabin Masinis Yang Sudah Terpasang Sistem Keselamatan Kereta Otomatis Jenis Indusi (PZB). (Sumber : PT Len)

Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia mengadakan uji coba penerapan Automatic Train Protection (ATP) jenis Indusi yang pengkajiannya sudah dilakukan sejak 2010 lalu yang diikuti ujicoba dan prototype. 

Saat itu pemasangan ATP sudah dilakukan di 18 stasiun di lintas Kutoarjo-Solo-Yogyakarta  dan tujuh Kereta Rel Diesel diantaranya untuk kereta Prameks dipasang tiga balise ATP, KA Madiun Jaya dua balise ATP, dan KA Inspeksi dua balise  ATP. 

Pada tahun 2015, Pemerintah mulai melakukan pemasangan track balise (bagian dari alat persinyalan) di lintas utara Jawa, yang membentang dari Jakarta-Surabaya sepanjang 700 kilometer (km). dan akan dilanjutkan pada jalur selatan jawa,sistem kereta api commuter jabodetabek dan perkeretaapian di wilayah Sumatera. Targetnya 2018 sudah bisa dioperasionalkan secara efektif.

Balise buatan GTB Bahntechnik GmbH yang terpasang di sinyal masuk Stasiun Cirebon. (Sumber: Pribadi)
Balise buatan GTB Bahntechnik GmbH yang terpasang di sinyal masuk Stasiun Cirebon. (Sumber: Pribadi)

Namun,pemasangan track balise hingga saat ini hanyalah sekedar pemasangan track balise semata. Pemasangan ini pun akhirnya terhenti hanya pada segmen jalur Cirebon-Surabaya dan tidak dilanjutkan. Entah masalah apa yang terjadi sehingga pemasangan ini dihentikan. Pemasangan balise pada kereta dan lokomotif pun belum dilakukan oleh pihak operator kereta api.

Padahal, sistem ini sangat penting untuk menunjang keselamatan pengoperasionalan kereta api. Biaya riset dan pemasangan yang telah dikeluarkan pun tidaklah murah. Cita-cita memiliki sistem keselamatan kereta api otomatis di jalur utama kian tidak jelas.

Peninjauan ATP Jenis Indusi Yang Sedang Diuji di Lingkungan Test Track PT INKA. (Sumber : BPPT)
Peninjauan ATP Jenis Indusi Yang Sedang Diuji di Lingkungan Test Track PT INKA. (Sumber : BPPT)
Sistem ini memang masih merupakan sistem klasik yang beraksi hanya sebagai "Release", "Override" dan "Acknowledge". Sistem ini masih berada jauh dibawah sistem keselamatan yang saat ini berada di kereta MRT Jakarta yang menggunakan kombinasi ATP dan ATO (Automatic Train Operation) pada sistem CBTC (Communication Based Train Control), Sistem ATP pada LRT Jakarta, Sistem ETCS (European Train Control System) Level 1 yang dipasang pada LRT Palembang dan Level 3 yang akan dipasang di LRT Jabodebek. 

Namun, modernisasi jalur eksisting ini tidak boleh dianggap sebelah mata saja karena keselamatan adalah hal yang paling terpenting dalan perjalanan kereta api.

Track Balise di Jalur MRT Jakarta. (Sumber : Pribadi)
Track Balise di Jalur MRT Jakarta. (Sumber : Pribadi)
Hingga saat ini sistem ini masih dipakai di negara asalnya yaitu Jerman serta beberapa negara lainnya seperti Slovenia, Kroasia, Serbia, Montenegro, Romania, Saudi Arabia sebagai fall back mode di Mecca Metro ketika terjadi gangguan dan di Hungaria.

Sumber:

  • Altpro
  • BPPT
  • CNN Indonesia. 2015. Kemenhub Siapkan Rp 1 Triliun untuk Alat Sensor Gerak Kereta
  • Direktorat Jenderal Kereta Api
  • PT Len Railway System
  • Republika.2015.Kemenhub Pasang Sistem Keselamatan KA Otomatis
  • Siemens

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun