Mohon tunggu...
Randy Mahendra
Randy Mahendra Mohon Tunggu... Penulis - Warga Biasa

Warga Biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sihir Hitam (1)

12 Januari 2021   15:13 Diperbarui: 12 Januari 2021   15:27 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wanita itu semakin dekat sangat dekat, Mia palingkan mukanya dia takut menatap wanita dengan darah yang merembes dari matanya, mata yang merah tanpa bola mata. Tapi tiba-tiba wanita itu menghilang. Lampu-lampu menyala kembali.

Dan pintu yang disandarinya tiba-tiba terbuka. Sontak dia terkejut. "Aaaaaaaa...!!!"

"Mia!!! Ada apa?" Ternyata yang membuka pintu adalah Rina, lantas dia goyang-goyangkan tubuh Mia yang kaku ketakutan.

***

Pagi yang kelabu, awan berwarna abu-abu. Sesekali terdengar suara gagak melintasi rumah. Mereka duduk di serambi dan Rina masih memeluk Mia. Tubuhnya kaku, masih terlihat semburat pucat di wajahnya.

Bukan hanya langit yang kelabu, bukan hanya awan yang berwarna abu-abu. Warga kompleks pun dikejutkan dengan kabar yang kelabu. Pak RT meninggal dengan cara yang tragis. Sepasang bola mata dan telinganya hilang. Dan pisau dapur berada tepat di depan mayatnya sebelum polisi memeriksa.

Pagi itu bukan hanya Pak RT yang membuat Mia terkejut. Kabar mengerikan terpampang dalam surat kabar langganan orangtuanya dituliskan sebagai berikut:

Ditemukan mayat wanita Gunung Merapi. Diperkirakan mayat itu sudah mati sebulan yang lalu. Tapi anehnya kelopak mata dan telinga mayat wanita masih terlihat segar meskipun anggota tubuh yang lain sudah membusuk. Dan juga ditemukan sebuah kitab sihir di sisi perempuan itu.

Setengah misteri Mia mungkin telah terungkap, tapi kabar itu tidak menyembuhkan rasa takut Mia. Justru dia semakin takut. Dia merasa mungkin saja berikutnya dialah yang kehilangan bola mata dan telinga. Dengan apa dia akan melihat warna dunia ini jika matanya hilang. Dan dengan apa pula dia mendengar deburan ombak jika telinganya hilang.

Oh biarlah... Biar Mia saja yang menanggung ketakutan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun