Mohon tunggu...
Rizqah Fauzani F
Rizqah Fauzani F Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidik

Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah ! - Imam Al-Ghazali -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mareso, Budaya Palli-Palli ala Bugis

24 Oktober 2020   14:21 Diperbarui: 24 Oktober 2020   14:33 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini sepertinya akan tertuju bagi adik-adik remaja, sepantaranku, dan kakak-kakak saya yang sudah terkontraksi akan dunia Oppa-oppa. Seperti peralihan kiblat music, fashion, hingga jagad hiburan dari Hollywood ke dunia K-Pop yang menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat wilayah Asia (wah, ini suatu prestasi). 

Ada banyak informasi yang terlalu sering kita dilewatkan. Selain fokus pada kegantengan Oppa-oppa dari negri ginseng ini, juga keunggulan dalam dunia intertaimen mereka, ternyata tidak luput dari kesadaran kepemerintahan yang mengakomodir sumber daya tersebut yang mengakibatkan potensi perekonomian negaranya meningkat.


Tenang sahabat, tulisan ini ngak akan membahas perihal Sistem Kapitalisme ataupun Hubungan Multilateral negara Kor-Sel (Soalnya berat tau hehe).Melainkan menyinggung budaya dan kebiasaan positif mereka yang dapat menjadi sebuah contoh tauladan bagi kita. 

Tampaknya, kebudayaan yang mereka punya itu telah dimiliki oleh masyarakat nusantara di negri kita sendiri lho, jauh dari abad-abad yang lalu.
Sebelum itu, Apakah kalian pernah mengetahui atau mendengar tentang budaya "Palli-palli" di negara K-Pop ? (semoga aja belum yah, biar pembahasanku tidak garing hehe. tapi, bagus juga kalau ada yang sudah tahu ^_^).

Jadi sahabat-sahabatku, Budaya "Palli-palli" ini memiliki makna bahasa yang berarti "Cepat-cepat"atau kebiasaan warga Korea Selatan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan gercap. 

Mengapa bisa seperti itu ?, sebenarnya ada banyak sebab yang membuat mental dan karakter orang di negara tersebut. Sehingga menjadikan Palli-palli ini sebagai sebuah prinsip dalam berkehidupan. Baik dalam menjalani sosial masyarakat sampai pada etos kerja dalam sebuah perusahaan Industri.


Salah satu penyebabnya adalah latar belakang sejarah orang Korea Selatan yang telah dijajah oleh negara Jepang sejak tahun 1905 hingga akhir Perang Dunia II dan membelah korea menjadi Korea Selatan dan Korea Utara. Hal itu menyisakan sebuah trauma Psikologis masyarakat Kor-Sel untuk lebih memacu negara mereka agar dapat melewati kemajuan negara yang telah menjajahnya.


Yah, lebih kepada pengamalan laku dan pengaturan waktu. Bagaimana mereka benar-benar menjadikan waktu adalah sebuah hal yang dapat berpengaruh terhadap dompet pribadi dan kebutuhan keluarga masing-masing. Meski yang terbangun dikalangan masyarakatnya lebih condong indivilualis karena perihal paham kapital itu (eh, sorry, tadi saya udah janji tidak menyinggung hal-hal yang berat hehe).


Selain itu, pandangan orang yang berada di negri Oppa-oppa menanamkan "Palli-palli" sebagai filosofi kehidupan untuk membangun kemajuan negara mereka dari keterperosokan setelah terjadinya penjajahan terhadap mereka oleh Jepang. Bukan kah hal ini adalah keteladanan yang perlu diperhatikan dan dihayati bagi kita sebagai masyarakat yang sudah terkontaminasi oleh pengaruh budaya Oppa-oppa ?.

Ternyata, kita memiliki budaya yang jauh lebih lama adanya dan melekat pada tradisi kebudayaan orang lokalitas nusantara. Seperti budaya yang telah dimiliki masyarakat suku bugis. Jika di Korea Selatan disebut dengan Budaya Palli-palli, maka dalam masyarakat suku bugis memiliki budaya Mareso'. Budaya ini sudah melekat erat pada orang-orang suku bugis yang memahami tentang pentingnya semangat kerja dengan menghargai waktu.


Sekedar berbagi untuk sahabat-sahabatku, Mareso' atau kata yang berasal dari Reso' yang mempunyai arti "Usaha" merupakan salah satu bentuk prinsip masyarakat bugis dari wujud nilai Siri' (konsep menjaga harga diri dari pelanggaran adat atau rasa malu yang tinggi) yang mempunyai makna mendalam bahwa "bekerjalah sekeras mungkin", "berusahalah sampai kau mendapatkannya".


Kita tentunya sering kali mendengarkan cerita-cerita orang tua dulu perihal tentang bagaimana mereka dan masyarakat bugis di kampung telah mengatur waktu untuk disiplin dalam melakukan pekerjaan. Dimana dulu sampai kini, budaya untuk bekerja secara bersungguh-sungguh diawali dengan bangun subuh. 

Karena dominan masyarakat bugis menganut agama Islam, maka bangun subuh , melaksanakan sholat subuh, dan berangkat kerja pada waktu subuh merupakan gambaran generasi yang berkualitas bagi mereka (sepertinya, hal ini bukan hanya ada pada orang-orang bugis tapi, suku lainnya  juga hehe) .


Dalam falsafah orang bugis,kata Reso'ini sering ditemukan pada Pappaseng (pesan-pesan moral yang berupa nasehat-nasehat leluhur orang bugis). Seperti "reso' temmangingngi nulletei pammase dewata"(usaha yang sungguh-sungguh diiringi ridha  yang Maha Kuasa). Memiliki falsafah bahwa ketika kita mengerjakan sesuatu harus lebih cekatan dan cepat, karena pekerjaan yang dilakukan dengan cepat dipahami sebagai perlakuan atau tindakan yang jauh lebih baik dalam perspektif usaha atau kerja. Juga sebagai penilaian kualitas hidup masyarakat.  


Terbukti dalam kesejarahan, sejak Kerajaan Bugis pada abad-16 hingga abad ke 19. Masyarakat bugis yang memiliki watak pandai mengarungi samudera, melakukan perjalanan keluar wilayah dari Singapura, Fhilipina, Brunei, Australia sampai ke Afrika Selatan selalu mendapatkan kelayakan hidup disebabkan semangat kerja dan ketelitiannya dalam mengemban amanah pekerjaan.

Tidak mengherankan, jika ada banyak orang-orang bugis yang sukses ketika mereka mempunyai usaha dan merantau ke daerah lain. Sebab prinsip suku bugis yang melekat atas ke-ulet-an dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat menguasai segala bidang pekerjaan. Contoh, seperti bidang usaha pertanian,merupakan salah satu tolok ukur kewibawaan masyarakat suku bugis.

Jadi sahabat, untuk mengagumi budaya luar kadang membuat kita lupa ternyata ada budaya lokalitas kita yang telah memiliki prinsip-prinsip hidup yang sama namun jauh lebih lama dibanding mereka serta mempunyai filosofis ang mendalam. Meskipun, memiliki konteks perbedaan antara kebiasaan budaya "Palli-palli' dan budaya "Mareso' ",namun ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua (asyik sekali bahasaku ini wkwkwk).


 Pertanyaan yang mendalam dari tulisan ini "Mengapa kita tidak mengetahui indentitas kita?", "Setelah tahu, Kenapa kita sulit membangun kebiasaan itu ?", dan "Apa penyebab sehingga negara kita sulit untuk maju dalam kualitas kehidupan manusianya sedangkan prinsip-prinsip itu telah ada?".


So, back to thinking about this all... !


And do it become the action... !


For ourselves, people, our own unity and country... !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun