Dalam bayangan umum, dunia punk dan ajaran Nabi Muhammad SAW mungkin terlihat bertolak belakang yang satu penuh teriakan, jaket kulit lusuh liar, dan lirik perlawanan, sedangkan yang lain dipandang sebagai dunia suci, tenang, dan penuh aturan. Tapi jika kita gali lebih dalam, ada benang merah yang menarik :
perlawanan terhadap ketidakadilan, keberpihakan kepada yang tertindas, dan keberanian untuk berbeda.
Nabi Muhammad SAW muncul di tengah masyarakat Mekah yang penuh ketimpangan. Budaya Jahiliyah saat itu mendewakan status, memperbudak manusia, dan menindas perempuan. Di tengah sistem yang mapan itu, beliau menyuarakan satu kata yang mengubah segalanyaÂ
Punk, meskipun dengan cara yang berbeda, juga menolak tatanan yang menindas. Ia lahir dari frustrasi, dari keinginan untuk berteriak saat dunia terlalu sunyi terhadap penderitaan orang-orang kecil. Gerakan punk mengusung nilai DIY (Do It Yourself), jujur, anti-elit, dan merayakan ketidaksempurnaan---semua ini bisa dilihat sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi sistem.
Muhammad: Revolusi yang Dimulai dari Sunyi
Nabi Muhammad SAW bukan lahir dari ruang kekuasaan. Beliau bukan bangsawan terpandang, bukan jenderal perang, bukan tokoh populer. Ia seorang yatim dari kota yang menyembah berhala dan membungkam suara yang berbeda.
Ketika wahyu pertama turun, itu bukan sekadar pengalaman spiritual. Itu adalah awal dari pembacaan ulang dunia, sebuah dorongan untuk Iqra' membaca, memahami, dan mempertanyakan. Dan dari situlah revolusi lahir: bukan dengan senjata, tapi dengan visi, narasi, dan keberanian untuk menolak sistem yang sudah mapan.
Muhammad menolak kasta, menolak perbudakan, menolak patriarki, dan menawarkan alternatif: umma komunitas setara, berbasis kasih, tanggung jawab, dan keadilan. Bukankah itu tindakan subversif ?
Â
Punk: Suara Serak dari Bawah Tanah