Orang Cemerlang yang Mengembangkan Kamera Obscura Pertama

Fisika adalah ilmu yang mencakup wilayah dunia material yang sangat luas, mulai dari penelitian partikel-partikel subatomik hingga mempelajari galaksi. Dalam fisika, yang terpenting adalah komposisi dan perilaku materi dan semua hukum dasarnya. Karya paling menarik tentang fisika yang telah diciptakan ilmuwan Islam, adalah tentang subdomain fisika: optik. 

Ibn Al Haytham 

Ibnu Al-Haytham, di Eropa yang lebih sering disebut dengan nama latinnya "Alhazen", lahir di kota Busra pada tahun 965. Dia pergi ke sekolah tetangga dan pindah ke Bagdad untuk belajar sains pada tingkat yang lebih tinggi, seperti yang dilakukan ilmuwan Arab lainnya. pada waktu itu. Namun, dia mungkin memiliki beberapa masalah dengan khalifah Fatidim Al-Hakim bin-amr Allah, yang mengakibatkan dia dihukum pada tahun 1011. Dia akan dihukum selama beberapa tahun, sampai khalifah meninggal pada tahun 1021. Kemudian dia pindah ke Andalusia Islam untuk fokus pada sains sekali lagi. Pada akhir hidupnya ia kembali ke negara asalnya, Mesir, di mana ia meninggal pada 1039.

Ibn Al Haytham dan bukunya 'Books of Optics' 

Ibn Al Haytham terutama dikenal dari karyanya di bidang optik, yang tidak luput dari perhatian di Eropa. Dalam buku tujuh potong "Kitab Al-Manazir", dia memulai dengan beberapa kritik keras terhadap beberapa teori dari masa lalu. Salah satu teori ini adalah "teori penglihatan". 

Salah satu hal yang dia periksa adalah: Apa yang terjadi saat seseorang terkena cahaya terang? Dia menemukan bahwa cahaya yang keluar dari sumber eksternal ke mata memiliki pengaruh tertentu terhadap penglihatan seseorang. Untuk memperluas pengetahuan, ia memulai dengan serangkaian eksperimen yang dengannya ia meneliti hubungan antara fraksi cahaya dan distorsi gambar. Dia mengetahui bahwa aspek matematis optik, dalam hal ini menjadi refleksi dan fraksi, harus sesuai dengan pengetahuan anatomi mata. Karena itulah dia merancang sebuah mata dengan semua komponennya di dalam bukunya.

Dalam bukunya, Ibn Al-Haytham menguraikan fakta bahwa cahaya yang mencapai permukaan mata berasal dari benda yang terlihat. Dalam buku kronologis David C. Lindberg (buku sejarah ahli sains Amerika yang baru saja meninggal) "Teori Visi: Dari Al-Kindi sampai Kepler", penulis memberikan definisi teori visi kepada Ibn Al Haytham: "Terang menerangi semua benda yang terlihat dan cahaya ini Kemudian mencapai permukaan mata, memungkinkan manusia untuk melihat objek yang dimaksud. " 

Karena Ibn Al-Haytham dengan jelas mempertanyakan teori penglihatan dan mendukung anggapannya sendiri dengan bukti melalui eksperimennya, dia dapat memperoleh apresiasi yang cukup banyak dari Barat. 

George Sarton, seorang sejarawan sains Belgia-Amerika, oleh karena itu menghormati kontribusi Ibn Al-Haytham terhadap sains dalam bukunya "History of Science"."Dia, Ibn Al-Haytham, adalah fisikawan dan pelajar Islam terbesar yang pernah dikenal dunia. Entah penerusnya tinggal di Inggris atau di Persia yang jauh, masing-masing dan masing-masing minum dari air mancur yang sama. Dia memiliki pengaruh yang luar biasa pada gagasan Eropa dari Bacon sampai Kepler. " 

Ibnu Al-Haytham dan kamera obscura-nya 

Ibn Al-Haytham sering menggunakan istilah "al Bayt al-Muthlim" dalam banyak eksperimennya, yang diterjemahkan menjadi "ruang gelap". Dengan itu ia juga menggambarkan kamera yang dikembangkannya obscura, yang merupakan kamera yang mengirimkan gambar melalui lubang kecil. Tak satu pun dari pendahulunya yang (Aristoteles, Euclides atau Al-Kindi), sama seperti Ibn Al-Haytham, mempelajari efek cahaya, yang melewati sebuah kamera obscura, mampu membuktikan bahwa segala sesuatu yang diproyeksikan di layar berasal dari Sisi lain dari lubang.