Mohon tunggu...
sukiatno
sukiatno Mohon Tunggu... Freelancer - karyawan

Seorang muslim demokrat....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang, Suatu Keniscayaan dalam Kehidupan Umat Manusia

18 September 2014   18:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:19 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alangkah indahnya hidup kita kalau tidak ada perang, alangkah indahnya kalau kedamaian itu terus ada hingga akhir zaman, indahnya dan masih banyak lagi angan-angan akan indahnya hidup tanpa ada perang atau pertempuran...

Tapi apakah kenyataan itu dapat terwujud? Apakah mungkin kehidupan manusia dapat berlangsung terus tanpa pernah ada perang, dimanapun dimuka bumi ini? Apakah mungkin manusia-manusia yang  dimuka bumi dapat menahan dirinya untuk tidak berperang? Menumpahkan darah sesamanya dengan alasan apapun.....

Kenyataan yang lebih sering diluar harapan kita, kenyataan yang seringkali menyakitkan. Karena kenyataan yang ada justru sebaliknya. Karena kenyataan yang ada justru selalu saja mengecewakan sebagian besar umat manusia.

Sejak awal manusia diturunkan dimuka bumi ini, sejak Qabil membunuh Habil, sebuah judul yang namanya menumpahkan darah manusia terus bergulir tanpa pernah berhenti. Menumpahkan darah manusia yang kemudian berkembang menjadi peperangan. Peperangan yang awalnya antara 2 atau lebih suku-suku kecil & primitif hingga berkembang sedemikian jauhnya menjadi perang besar antara negara-negara raksasa yang saling bersaing.

Motivasi perang sering bermacam-macam, berbeda dari perang yang satu ke perang yang lainnya. Tetapi pada hakikatnya motivasi itu selalu terkait dengan sumber daya. Memperebutkan sumber daya yang sering diselubungi dengan alasan-alasan politis, agama dan harga diri. Motivasi perang yang menjadi pembenaran atas perbuatan-perbuatan yang seharusnya tidak dibenarkan pada masa-masa damai.

Pertanyaannya, apakah mungkin yang namanya perang itu dapat dihapuskan dari muka bumi hingga akhir zaman nanti? Apakah mungkin menghilangkan hawa nafsu membunuh yang ada didalam diri setiap manusia? Sejak dulu kala sampai dengan saat ini, sudah banyak yang berusaha mengkampanyekan "perdamaian abadi". Kampanye-kampanye yang semakin gencar semenjak ke dua Perang Dunia 1 & 2 usai. Kampanye yang semakin gencar karena sebagian besar masyarakat dunia sudah semakin muak dengan kekejaman perang dan kerusakan dampaknya.

Tetapi coba kita lihat dewasa ini, apakah kampanye itu telah berhasil? Memang sejak didirikannya PBB atau UN kondisi dunia internasional sudah banyak berubah dibandingkan sebelum pecah Perang Dunia 2. Sebelum ke 2 Perang Dunia, hubungan antara negara yang ada seringkali berubah mengikuti perkembangan zaman. Setiap kali dapat terjadi perang, setiap kali dapat terjadi invasi dari negara yang lebih kuat ke negara yang lebih lemah. Tetapi sejak PBB atau UN berdiri situasinya menjadi berbeda, terlepas dari kontroversi sering tidak adilnya PBB dalam bersikap, perubahan tersebut dapat dirasakan. Hanya saja sekali lagi dapat dilihat situasi saat ini, apakah sudah tidak ada perang lagi?

Perang Arab-Israel, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk dan masih banyak lagi perang-perang lainnya adalah perang yang pecah setelah PBB berdiri. Pertumpahan darah tidak berhenti, dan mungkin tidak akan pernah berhenti. Bahkan dibeberapa agama tidak sedikit yang meramalkan bakal adanya perang akhir zaman.

Mungkin perang itu akan selama manusia itu ada, mereka akan sulit untuk dipisahkan, bahkan bisa jadi tidak akan mungkin untuk dipisahkan, seperti kembar siam yang apabila dipisahkan maka kedua-duanya akan mati secara perlahan-lahan. Ironis memang, sebenci apapun kita terhadap perang, perang tidak mungkin tidak terjadi dan tidak akan pernah perdamaian itu bisa kekal selamanya. Kita cuma bisa berharap supaya kita tidak mengalami masa perang tersebut, kita cuma bisa berharap tidak akan pernah menghirup udara peperangan & melihat dengan mata kepala sendiri kekejaman perang, mungkin itu saja yang dapat kita harapkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun