Mohon tunggu...
Rizky Pahlevi
Rizky Pahlevi Mohon Tunggu... Guru

Mencari keindahan dalam kesederhanaan, tapi tak pernah ragu melangkah ke pengalaman baru

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Indonesia di Ambang Bencana Demografi: Ketika Bonus Berubah Menjadi Beban

24 April 2025   08:32 Diperbarui: 24 April 2025   08:32 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monolog Pak Wakil Presiden Terkait Bonus Demografi (Sumber:Detik News)

Indonesia disebut-sebut sedang menuju puncak bonus demografi. Fase emas yang katanya akan membawa negeri ini menuju kejayaan ekonomi. Tapi, bagaimana jika justru sebaliknya yang terjadi? Bagaimana jika bonus ini berubah menjadi beban, akibat kebijakan yang salah arah dan pengelolaan sumber daya manusia yang minim keseriusan?

Dalam berbagai pidatonya, Wakil Presiden kerap memotivasi generasi muda untuk tumbuh, berkembang, dan berinovasi. Namun ironisnya, ia sendiri merupakan figur yang tumbuh dari lingkungan penuh privilese dan nepotisme. Ketika berbicara tentang bonus demografi dimana Indonesia akan memiliki ratusan juta penduduk usia produktif,beliau lupa bahwa dirinya adalah bagian dari pemerintahan yang seharusnya menjadi penggerak kebijakan konkret, bukan hanya sekadar penyemangat retoris.

Menurut kajian dalam buku The Demographic Dividend, terdapat empat syarat utama yang harus dipenuhi agar bonus demografi benar-benar membawa manfaat:

  1. Pendidikan yang berkualitas dan merata

  2. Infrastruktur kesehatan yang kokoh

  3. Lapangan pekerjaan yang luas dan layak

  4. Jaminan sosial yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat

Sayangnya, dari keempat poin tersebut, Indonesia masih jauh dari kata siap.

  • Pendidikan: Tingkat lulusan sarjana di Indonesia hanya sekitar 4%. Sementara Malaysia sudah mencapai 75%, dan Korea Selatan bahkan menyentuh angka 90%. Lebih miris lagi, mayoritas tenaga kerja di Indonesia masih lulusan SD ke bawah. Ironisnya, anggaran pendidikan justru dipangkas, dan lebih kecil dibandingkan anggaran kepolisian.

  • Kesehatan: Pandemi COVID-19 menjadi bukti rapuhnya sistem kesehatan nasional. Banyak lansia yang tidak terjangkau layanan kesehatan yang layak. Jaminan hari tua pun masih jauh dari harapan.

  • Lapangan Kerja: Terdapat lebih dari 10 juta Gen Z yang saat ini menganggur. PHK massal makin memperburuk kondisi. Lulusan perguruan tinggi pun kesulitan mencari pekerjaan yang sesuai.

  • Jaminan Sosial: Perlindungan sosial untuk lansia dan masyarakat miskin masih sangat minim. Ketimpangan semakin tajam, dan kelas menengah yang dulunya jadi tumpuan kini justru mulai jatuh miskin.

Jika kita bercermin pada negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan, mereka memang berhasil memanfaatkan bonus demografi, namun kini harus menghadapi tantangan aging population. Bedanya, mereka telah lebih siap secara sistem dan kebijakan. Sebaliknya, negara-negara seperti Brasil dan Afrika Selatan justru gagal karena kebijakan pemerintahnya tidak berpihak dan minim eksekusi. Indonesia kini berada di persimpangan jalan: menuju kejayaan atau jatuh ke jurang bencana demografi. Apakah ini karena anak mudanya kurang motivasi? Atau karena kebijakan negara yang tidak berpihak dan cenderung salah arah?

Kepada bapak Wakil Presiden, barangkali sudah saatnya bukan hanya memberi motivasi di media sosial, tapi juga membuat video ulang yang menjelaskan secara konkret bagaimana langkah kebijakan yang akan diambil untuk memanfaatkan bonus demografi ini? Rakyat butuh janji yang dijalankan, bukan hanya sekadar kata-kata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun