Dia ialah nenekku. Janah namanya. Seperti nama surga. Dia tangguh. Meskipun tenaganya sedikit termakan usia.
Dia juga kuat secara batin dan raga. Dunia yang keras berhasil menempanya menjadi seorang perkasa.Â
Hidup memang terkadang begitu ... selalu memberikan pelajaran berharga.
dokumen pribadi
Ramadhan kali ini bertepatan dengan musim panen. Walau dia tak lagi membantu di sawah, tapi tenaganya masih mampu untuk mengeringkan padi. Kalau dia tak membantu, mungkin padi di rumah akan lebih lama keringnya.
Dia menolak rehat. Katanya, tenaganya masih kuat. Selalu menolak ketika saya berkata, "Leren disek, mengko ditandangi maneh."
dokumen pribadi
Gurat wajahnya tenang. Senyumnya merekah ketika bertemu dengan orang. Namun, di balik tawanya, dia menyembunyikan rasa lelah. Aku tahu. Hampir selepas salat taraweh, dia pasti berkeluh kepadaku.
Aku selalu berkata, "Kalau lelah enggak usah ikut bantu mengeringkan padi."
Tapi dia selalu menjawab, "Ketimbang nenek diam saja."
dokumen pribadi
Ini adalah momen lebaran tahun lalu. Kebahagiannya sederhana: keluarga berkumpul dengan lengkap. Setelah mengarungi godaan puasa, hanya itu yang diharapkan saat lebaran.
Cordela hotel Yogyakarta memang indah. Dengan kasur empuk, ruangan yang bersih. Tak lupa fasilitas yang sangat memadai. Setiap orang pasti berhasrat mencicipi suasana hotel tersebut.
Namun, saya cukup yakin ada satu orang yang tak terlalu berhasrat yakni nenek saya tersebut. Karena dia telah nyaman dengan kasur sederhana yang biasa menemaninya setiap malam.
