Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Pernah Ada Hari Itu

8 Februari 2021   05:00 Diperbarui: 8 Februari 2021   05:08 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini saya buat lantaran teringat sesuatu hal dari perjalanan hidup yang tak pernah bisa saya lupakan. Tentang sebuah persahabatan. Untuk para sahabat saya yang sekarang ada di tempat jauh, semoga tulisan ini sampai pada kalian.

Kita dipertemukan di salah satu sekolah dengan latar belakang dan sifat yang berbeda-beda. Melebur menjadi satu haluan untuk kebersamaan.

Kita tak pernah berpikir keras tentang pelajaran. Kalau mudah kerjakan, jika sulit abaikan. Itulah prinsip sekolah kita.

Dahulu kita selalu melawan arus. Melanggar setiap peraturan yang ditetapkan. Kita senang dihukum. Apalagi di luar kelas. Pada saat sedang ada guru, kelas menjadi tempat yang menggerahkan. Tetapi jika sedang jam kosong, kelas bagaikan tempat ternyaman. Yang bahkan untuk sekadar ke kantin menjadi keberatan.

Saya yakin, di antara kita, pergi sekolah hanya menjadi alibi agar bisa bertemu. Bukan pelajaran. Bukan masalah uang. Tetapi tentang kebersamaan.

Oh iya, kita tak pernah memanggil dengan nama asli.

Tak ada yang pintar secara teori dari kita. Tetapi mengapa dalam soal praktik, kita selalu bisa dipercaya? Dunia kadang bekerja seperti itu.

Soal pacar, lupakan sejenak.

Kita dulu tak pernah percaya apa yang dikatakan guru tentang kerasnya kehidupan. Karena kita hanya berpikir tentang masa sekarang bukan masa depan. Tetapi setelah tak bersekolah, ucapan guru itu menjadi hal yang nyata.

Memang tak mudah menjalin hubungan rekat dalam satu lingkup persahabatan. Kalian masih ingat, jika kita kesal dan mangkel, kita akan selalu berbicara di depan mukanya langsung.

Sekolah lulus. Kita bersorak pada dunia tapi sedih dalam hati. Di depan, kita saling mengejek. Berkata semoga di antara kita kelak akan menuai kesuksesan. Di belakang, saya tahu bahwa kalian semua pasti tak menginginkan perpisahan. Selalu haru jika melihat foto-foto kita di dalam galeri.

Kita berjanji untuk tetap saling berhubungan baik.

Kita selalu berkumpul setiap satu minggu sekali. Tak pernah ada wacana apalagi agenda. Kita kan tak pernah mengenal adanya wacana. Kalau mau kumpul ya kumpul aja. Tinggal datang, bergurau hingga larut malam, dan pulang.

Apa pun kondisi dan situasi hati, kita selalu bisa menghibur satu sama lain. Tertawa bahagia seolah tanpa masalah. Walau saya tahu, di dalam diri kalian pasti menyimpan masalah rumit yang tak pernah bisa kau ceritakan.

Semakin lama, satu per satu di antara kita pergi jauh. Untuk bekerja, menuntaskan cita-cita, atau pun membangun keluarga.

Intensitas pertemuan menjadi berkurang.

Kita masuk ke dalam dunia baru masing-masing. Kita akhirnya mengerti bagaimana susahnya mengatur bahtera hidup sendiri.

Semoga kelak lima hingga enam tahun lagi, kita bisa bertemu dengan membawa kabar bagahia masing-masing.

Aih ... mengapa saya tak pernah bisa menuliskan banyak tentang sahabat saya sendiri? Semoga tulisan ini sampai pada kalian walau saya tahu, kalian semua tak pernah suka membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun