Mohon tunggu...
Rizky Hadi
Rizky Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Anak manusia yang biasa saja.

Selalu senang menulis cerita.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Buat Apa Beli Buku Bajakan?

28 Januari 2021   08:29 Diperbarui: 28 Januari 2021   14:50 1594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki tahun 2021, saya mencoba untuk membuka usaha kecil-kecilan yakni berjualan buku. Latar belakang dari usaha saya ini adalah data bahwa minat baca di Indonesia khususnya daerah saya, Tulungagung, tergolong rendah. Dengan kehadiran toko buku online ini, saya berharap bisa menambah opsi untuk para pemuda khususnya dalam mencari buku.

Saya memanfaatkan media sosial sebagai ladang promosi. Mulai dari Instagram, WhatsApp, hingga Facebook. Hasilnya lumayan, ada beberapa yang tertarik membeli. Ada juga yang hanya tanya harga saja. No problem.

Namun, ada cerita menarik di balik usaha yang saya rintis ini. Ketika saya menawarkan buku ke beberapa sejawat, ada di antara mereka terkejut ketika mengetahui harga sebuah buku. Padahal harganya yang saya keluarkan sama dengan yang dijual oleh toko-toko buku pada umumnya. Mereka mengatakan terlalu mahal untuk ukuran sebuah buku.

Seketika saya langsung mengerutkan kening. Buku yang saya jual original, bukankah itu harga yang lumrah untuk kualitas buku yang jelas terjamin?

Pikiran saya langsung mengembara. Menerka-nerka penyebab salah seorang pelanggan mengatakan seperti itu. Satu, mungkin dia sedang dalam masa dompet menipis dan ada keperluan yang lebih penting daripada membeli buku. Its fine, itu hal biasa.

Dua, ini adalah prasangka jauh saya. Kemungkinan dia terbiasa membeli buku bajakan yang harganya jauh di bawah harga normal sebuah buku. Yang sering berpikiran, "Tidak apa-apa beli buku bajakan, toh isinya juga sama."

Hmm ... saya lebih tertarik pada poin kedua. Kenapa orang lebih memilih membeli buku bajakan?

Dalih mereka mungkin juga sama bahwa soal harga dan isi yang sama. Kalau pun ada yang terlewat beberapa lembar, maklumi saja. Namanya juga bajakan. Masa udah beli yang bajakan, masih minta kondisi yang sempurna.

Sekarang kita bahas yang soal harga. Memang sih, harga yang ditawarkan penjual buku bajakan terpaut angka cukup jauh. Misal: novel Bumi Manusia karya Pramodya Ananta Toer yang original dijual dengan rata-rata harga 120-130 ribu. Sementara untuk yang bajakannya hanya dibandrol kisaran 25-35 ribu saja.

Dari sini sudah kentara jelas perbedaannya. Apakah nilai segitu pantas didapatkan seorang penulis legendaris dengan karya masterpiece-nya?

Para pembajak kan tidak membayar pajak dan amunisi yang digunakan juga serba murah, lebih tepatnya tidak berkualitas. Jika kalian jeli, tinta yang digunakan untuk buku asli dan bajakan akan berbeda. Wabilkhusus dari baunya.

Tinta untuk buku bajakan akan sangat menyengat dan jika kalian tahu, aroma tinta yang menyengat dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Berpikirlah dua kali.

Kemudian kertas yang digunakan buku bajakan adalah kertas buram. Yang bisa menyebabkan mata sakit jika lama kelamaan membacanya. Kalau kalian tidak tahu kertas buram iru seperti apa, silakan pergi ke fotocopy-an terdekat. 

Selanjutnya soal lem yang digunakan. Kalian pasti bisa dengan mudah membedakan lem buku asli dan bajakan. Paling kelihatan ya di punggung buku. Lem buku bajakan akan sangat terlihat tidak rapi dan kertas akan mudah copot. Masa kalian mau beli buku yang kertasnya gampang terlepas? Lagipula apa sih untungnya beli buku bajakan?

Salah satu penulis yang banyak sekali karyanya dibajak ialah Tere Liye. Saking geramnya dengan para pembajak, penulis asal Sumatra Selatan itu baru saja meluncurkan novel berjudul 'Selamat Tinggal'. Isinya sangat menohok, menyinggung, dan mengkritik para pembajak buku. Sarkasme sangat ditampilkan di novel ini. Lebih lengkapnya kalian bisa membaca novelnya langsung.

Akan lebih terhormat meminjam buku daripada membeli buku bajakan.

Mulai sekarang berhentilah menikmati buku bajakan. Banyak loh yang merasakan dampak dari pembajakan. Ekosistem kecilnya adalah penulis. 

Tak bisa dipungkiri, para penulis hidup dari hasil karyanya ini. Jika oknum tak bertanggung jawab terus-menerus melakukan pembajakan dan banyak juga yang membelinya, maka para penulis ini akan menjadi malas untuk menulis lagi. Selanjutnya kalian tahu sendirilah bagaimana nasib negeri ini jika para penulisnya sudah tidak menulis lagi.

Contoh lebih luasnya ialah penerbit. Penerbit profesional lama-kelamaan akan gulung tikar jika pembajakan semakin marak. Orang-orang yang kerja di bawah naungan penerbit juga akan kehilangan pekerjaannya. Ekosistem penerbitan akan rusak. Dampak yang ditimbulkan sangat luas.

Terakhir dari saya, buat apa sih beli buku bajakan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun