Mohon tunggu...
Rizky Febriana
Rizky Febriana Mohon Tunggu... Konsultan - Analyst

Senang Mengamati BUMN/BUMD dan Pemerintahan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Jangan Biarkan Garuda Seperti Merpati

21 Desember 2019   01:16 Diperbarui: 21 Desember 2019   08:41 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat Boeing 737 MAX 8 telah dioperasionalkan oleh Garuda Indonesia, di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Minggu (7/1/2018). (KOMPAS.com/ARSIP GARUDA INDONESIA)

Sebagai sebuah entitas bisnis, selain tunduk kepada UU BUMN No 19 Tahun 2003, perusahaan juga tunduk terhadap UU PT No 40 Tahun 2007 dimana sebuah perusahaan tentu tugas dan tujuan utamanya adalah mencari laba.

Dan perlu diingat Garuda sama seperti BUMN dan perusahaan swasta lainnya sekalipun, tentu akan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang mereka miliki, menggunakan alat produksi yang ada, idle asset yang belum dimanfaatkan, opportunity (kesempatan) dan space (ruang) yang tersisa yang dapat dikomersialkan.

Sampai di sini Garuda tidak salah memiliki cucu usaha Tauberes. Apalagi jika kita melihat model bisnis Tauberes yang mencoba memanfaatkan ruang "lambung" pesawat maskapai apapun, lalu menghubungkan antara maskapai tersebut yang masih memiliki space dengan perusahaan atau agen/kurir logistik.

Filosofi Tauberes adalah Transportation, Airlines, Utilities, Beneficial, Effective, Reliable, Efficient, Safe. Intinya adalah memanfaatkan peluang bisnis sebagai fasilitator logistik.

Tauberes lebih efisien, tanpa harus lagi perusahaan logistik memiliki pesawat sendiri, atau mendepositkan banyak uang ke maskapai jika mau mengirimkan barang ataupun lebih murah dan fleksibel bagi kurir atau agen yang sebelumnya dimintai batas minimal pengiriman dengan nominal tertentu.

Mereka meng-generate atau menghasilkan pendapatan dari komisi maskapai, perusahaan logistik, agen atau kurir, dan juga konsumen sekian persen. Sungguh model bisnis yang menarik dan win-win solution bagi semua pihak.

Bagi maskapai yang "lambung" pesawatnya kosong tentu akan meningkatkan pendapatan karena load factor-nya terutama logistik terisi dengan optimal. Bisa menjadi substitusi bangku penumpang yang kosong dalam perjalanan penerbangan atau mengganti biaya avtur yang merupakan fixed cost.

Bagi agen/kurir tak perlu melakukan deposit atau minimal pengiriman barang. Bagi konsumen tentu jasa pengiriman barang akan jauh lebih murah karena baik si maskapai maupun kurir akan mengenakan charge yang lebih sedikit dibandingkan menyewa pesawat, membayar minimum pengiriman, atau melakukan deposit sekalipun. 

Begitu juga semua BUMN lainnya yang memiliki lini bisnis dari anak dan cucu yang berbeda dari core bisnis induk usahanya.

Business is business. Apapun akan dilakukan oleh induk perusahaan untuk mengejar profit secara konsolidasi meskipun dengan cara membuat anak usaha, melahirkan cucu usaha yang berbeda lini bisnis dari induk usahanya karena alasan-alasan yang telah penulis sebutkan di atas, punya aset idle dan intinya karena BUMN juga dituntut mengejar laba usaha. 

Maka tak heran banyak induk BUMN meskipun laba usaha adalah laba konsolidasi, kinerja anak usahanya lebih moncer dibandingkan kinerja induk usaha secara stand alone.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun