Mohon tunggu...
Muhammad Rizky Fajar Utomo
Muhammad Rizky Fajar Utomo Mohon Tunggu... Lainnya - Personal Blogger

part-time dreamer, full-time achiever | demen cerita lewat tulisan | email: zawritethustra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nietzsche, Mati yang Hidup

29 Januari 2020   09:27 Diperbarui: 30 Januari 2020   13:06 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenneth Rougeau - http://kennethrougeau.com

Kehadiran Tuhan ditafsirkan hingga memerlukan pengorbanan dari diri manusia; pengorbanan untuk berjihad, untuk empiris, untuk patriotis, dan lain sebagainya, yang tentu saja gagasan pengorbanan diri ini datang dari petinggi-petinggi paham tersebut. Namun kematian Tuhan tidak berarti buruk sama sekali. 

Nihilisme yang terungkap melalui kematian Tuhan setelah beribu-ribu tahun kita hidup dalam belenggu kebohongan Tuhan, menjadikan kita sebagai pelaut yang kembali berlayar ke samudera tak terbatas, menarik jangkar dari kapal dan kembali berlayar dalam ketakterhinggaan luasnya serta bahaya samudera.

Alih-alih Nietzsche tampak materialistik karena menolak metafisika Platonisme, bagiku nampaknya Nietzsche justru religius dan metafisika. Hanya saja metafisika Nietzsche datang dari bumi sedangkan Platon datang dari langit. Religiusitas Nietzsche dapat kita lihat melalui Ubermensch, sedangkan metafisika Nietzsche dapat kita lihat melalui Kehendak Berkuasa. 

Keyakinan akan nihilisme pasca kematian Tuhan yang akan berkuasa selama 200  tahun (yang mana hal ini juga merupakan keyakinan Nietzsche) dan menjadikan manusia sebagai Sang Ubermensch melalui fenomena ini bagiku nampaknya utopis jika ditafsirkan demikian, meski kuakui bahwa Nietzsche nampak menarasikan Ubermensch sebagai suatu tujuan manusia. 

Merupakan sebuah utopia karena sudah lebih dari 200 tahun kematiannya namun belum ada satupun ras atau sosok Ubermensch, pun bersikap demikian justru bertentangan dengan sikap Nietzsche terhadap fiksasi idea fixe. Aku menafsirkan bahwa Ubermensch merupakan dalam diri manusia yang selalu bergerak-melampaui dirinya sendiri, sebagai suatu proses bukan suatu tujuan akhir, suatu finalitas.

Hal lain dari Nietzsche yang aku tangkap adalah Nietzsche mengajarkan kita untuk menemukan diri kita sendiri, bukan mengikuti dan menjadi Nietzsche atau orang lain, tapi mengikuti dan mejadi diri kita sendiri. 

Nietzsche pun nampaknya tidak menerima sebutan pengikut 'Nietzschean' karena pada nyatanya ajaran Nietzsche bukanlah untuk mencari pengikut, melainkan untuk membantu kita menemukan diri kita, pun jika kita amat tertarik dengan Nietzsche, ia telah memperingatkan kita:

"Vadamecum-Vadatecum. Gaya dan bahasaku merayumu? Apa? Kau hendak mengikutiku langkah demi langkah? Lebih baik perhatikan dirimu sendiri, dan dengan cara begitu kamu akan mengikutiku -- dengan pelan-pelan!"

Mengenai inipun Romo Setyo berkomentar, melalui buku Gaya Filsafat Nietzsche:

"Tidak mengherankan bahwa proses semacam ini tidak bisa tidak hanya akan memunculkan pemikiran yang personal. Berfilsafat adalah memasukan diri dalam alur ziarah transformasi personal. Apa saja yang mengenai diri kita, dengan seluruh diri kita, ditransformasikan sedemikian rupa sehingga kita semakin menjadi diri kita sendiri: itulah definisi filsafat personal a la Nietzsche."

Nietzsche sadar betul bahwa kita selama berkepercayaan telah kehilangan diri kita; khususnya era otoritas keagamaan mencapai puncaknya, pun pada era otoritas saintisme mencapai puncaknya. Untuk mencapai kembali diri kita, Nietzsche merumuskan hal-hal kurang lebih seperti yang kutuliskan di atas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun