Mohon tunggu...
Rizky Fadilah Sala
Rizky Fadilah Sala Mohon Tunggu... Seniman, Mahasiswa

Seorang penggiat seni dan budaya yang memiliki perhatian besar terhadap keberlangsungan ekonomi para seniman lokal. Aktif dalam inisiatif yang menghubungkan seni, budaya, dan penguatan ekonomi kreatif berbasis komunitas.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Ekonomi Gig di Indonesia: Peluang dan Tantangan bagi Generasi Z

3 Juli 2025   13:13 Diperbarui: 3 Juli 2025   19:11 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Di era digital seperti sekarang, banyak anak muda yang memilih bekerja tanpa harus terikat pada jam kerja 9 sampai 5. Mereka lebih tertarik pada pekerjaan yang fleksibel, bisa dikerjakan dari rumah, kafe, atau bahkan saat sedang traveling. Inilah yang disebut dengan ekonomi gig.

Istilah gig economy merujuk pada sistem kerja berbasis proyek atau tugas jangka pendek. Pekerjaan seperti pengemudi ojek online, content creator, freelancer desain grafis, hingga pengisi suara adalah contoh nyata dari ekonomi gig yang sedang tumbuh pesat di Indonesia.

Mengapa Generasi Muda Tertarik?

Salah satu alasan utama adalah fleksibilitas. Generasi muda khususnya Gen Z dan milenial lebih memilih pekerjaan yang memberi mereka kebebasan waktu dan tempat. Mereka juga merasa lebih in control terhadap hidupnya. Banyak dari mereka yang tak hanya mengandalkan satu pekerjaan, tetapi mengerjakan dua hingga tiga "gig" sekaligus.

Tak hanya itu, pekerjaan di sektor ini juga bisa menjadi batu loncatan untuk membangun portofolio dan jaringan. Seorang mahasiswa yang gemar menulis, misalnya, bisa menjadi penulis lepas untuk beberapa media sekaligus sambil menyelesaikan kuliahnya.

Peluang yang Terbuka Lebar

Data dari BPS tahun 2024 menunjukkan bahwa hampir sepertiga tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor informal, termasuk dalam kategori gig. Artinya, ekonomi gig bukan hanya tren sesaat, ia sudah menjadi bagian dari lanskap ketenagakerjaan Indonesia.

Dengan kemajuan teknologi dan banyaknya platform digital yang mendukung kerja lepas (seperti Upwork, Fiverr, Sribulancer, atau bahkan TikTok), peluang semakin terbuka. Bahkan di luar sektor kreatif, ekonomi gig juga masuk ke sektor logistik, jasa pendidikan, hingga layanan kesehatan.

Tapi, Tidak Semua Cerah

Meski terlihat menarik, ekonomi gig juga menyimpan sejumlah tantangan. Salah satunya adalah ketidakpastian penghasilan. Karena tidak ada gaji tetap, para pekerja gig harus pintar-pintar mengatur keuangan dan mencari klien baru agar tetap bisa bertahan.

Selain itu, tidak ada jaminan sosial seperti asuransi kesehatan atau dana pensiun bagi mereka. Ini tentu menjadi masalah jika terjadi hal-hal tak terduga seperti sakit atau kecelakaan. Belum lagi soal pajak dan legalitas kerja yang masih belum diatur secara detail.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun