Mohon tunggu...
Rizkya Bunga
Rizkya Bunga Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Budalo malah tak dudui dalane metu kono belok kiri lurus wae

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Saja Faktor yang Mendukung Pengembangan Succesfull Intelligence pada AUD?

4 April 2019   13:12 Diperbarui: 4 April 2019   15:43 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada beberapa faktor yang mendukung pengembangan succesfull Intelligence pada anak usia dini, dan kita harus mengembangkan pola succesfull intelligence sebagai berikut.

1. Pola asuh orang tua:

Keberhasilan anak dalam mengembangkan successful intrlligence yakni tergantung dari pola-pola orang tua membingnya, mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Anak mudah sekali terkondisi oleh lingkungannya termasuk pola asuh orang tuanya yang tidak tepat sehingga dampak negative akan dialami anak jika pola asuh orang tua tidak mendukung perkembangan succesfull Intelligence. Keperibadian anak juga ditentukan oleh cara orang tua memperlakukan anaknya. Jika orang tuanya memperlakukan anak dengan banyak menghardik-hadrik maka kepribadian anak anak berkembang menjadi pribadi yang apatis dan mementingkan diri sendiri. Pola asuh otoriter harus kita hindari dan digantikan dengan pola asuh yang lebih demokratis dan humanis.

2. Cinta dan kasih sayang: 

Yang paling utama dari pembentukan succesfull Intelligence adalah terpenuhinya kebutuhan cinta dan kasih sayang di dalam diri anak. Anak yang dicintai akan maupun mencintai orang lain dan akan mampu belajar untuk mencintai kehidupan. Cinta dan perhatian dan kasih sayang dari orang tua merupakan kekuatan yang mendorong anak untuk manju di masa depan. Cinta, kasih sayang dan perhatian dari orang tua akan menajdi kekuatan pendorong anak untuk mengembangkan kehidupannya, dan membat anak merasa aman dalam dunianya. Kehilangan kasih sayang akan menjadi kehilangan semangat untuk hidu, sehingga anak manjdi mudah putuh asa ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam hidupnnya. Anak menjadi depresi dan kehilangan kebermaknaan hidup sebgai akibat kehilangan cinta dari orang tuanya. Menurut Stinnet & DeFrain  berkata keluarga harmonis sendiri mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut adalah kehidupan beragama yang baik di dalam keluarga, mempunyai komunikasi yang baik antara anggota keluarga, seling menghargai antara semua anggota keluarga.

3. Empati: 

Hal yang paling sukit dilakukan orang tua adalah bagaimana berempati terhadap anknya. Kebanyakan orang tua terlalu fokus pada perpektifnya sendiri di dalam mendidik dan membimbing anaknya. Orang tua lebih memepertimbangkan pikiran dan perasaannya sendiri dibandingkan memahami perasaan , pikiran dan sudut pandamng anaknya. Dari akibat tersebut anak yang merasa tidak dimengerti oleh orang tuanya, dan merasa disepelekan. Anak merasa orang tuanya tidak peduli dengan nya kesulitan yang dialami dan mereka tidak bisa mengatasi karena hal tersebut adalah beban dari pikiran anak.

4. Kehangatan: 

Menurut Goldstein secara kemampuan orang tua untuk membentuk akan merasa diterima apa adanya, melalui sikap pnerimaan tanpa syarat, menerima keseluruhan diri anak, tanpa penolakan, ketidak sukaan, paksaan, dan penelian yang memyudutkan kehanngatan atau keramahan ini muncul dari espresi orang tua atau bahsa verbal dan nonverbal dari orang tua yang menciptakan suasana damai, tanang tentram, tanpa paksaan, tanpa penolakan, dengan bahasa tubuh yang positif kepada anaknya.

Dari penjelasan tersebut kita sebagai calon pengajar didik dan orang tua harus sudah memperlajari faktor-faktor mendukung pengembangan succesfull Intelligence pada anak, orang tua tidak boleh mengekang kemauan anak supaya anak bisa mengembangkan bakat dan minat anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun