"Justru Mama yang nyuruh aku Mas. Mama bilang kalo Mas sudah makan baru aku boleh pulang. Hehe."
"Hm Mama kamu bilang gitu?" Surya teringat mamanya Dian dulu pernah memintanya jadi menantunya. Surya menatap Dian. Tidak! Tak sanggup rasanya menggantikan Sisi dengan Dian di hatinya.Â
"Lebih baik kamu pulang ya. Oh iya terimakasih kamu sudah jagain Azril dan membereskan rumah ini ya. Ini buat kamu." Surya memberi uang dua ratus ribu.
"Apa ini Mas?"
"Ini upah lelah kamu hari ini."
"Tega kamu Mas! Aku bukan perempuan bayaran ya. Aku bilang ikhlas melakukan ini semua. Kenapa malah kasih aku uang?" Dian berlari tak tahan dengan air matanya yang hampir tumpah di depan Surya.
"Dian! Dian!"Â
Surya membiarkan Dian berlari, karena sudah malam dan tak enak juga kedengaran tetangga yang lain. Biarlah besok dia meminta maaf pada gadis itu.
Sebelum tidur diambilnya wudhu, sejuk membasahi wajahnya. Tak sabar ingin bercerita kepada Allah yang Maha Pengasih terhadap hambaNya. Selesai sholat dua raka'at tak lupa dia bermunajat agar dipertemukan segera dengan Sisi. Berada di Kota yang sama namun tak bertatap muka membuatnya semakin rindu ingin berjumpa. Dia terus berzikir dan meminta pada Allah yang Maha Mengetahui Segala yang tersembunyi. Semoga esok hari menjadi lebih baik lagi, aamiin.
Bersambung...