Mohon tunggu...
Rizky Febrinna S.Pd
Rizky Febrinna S.Pd Mohon Tunggu... Guru - Love Your Sweet Life

Write all about life, believe in your heart...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Prasangka Baik

5 Desember 2020   05:39 Diperbarui: 5 Desember 2020   07:06 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orang bilang jika ingin jodoh mintalah pada Allah. Sunguh-sungguhlah berusaha agar Allah yakin dengan memberimu belahan jiwa yang bisa menemani segala suka dan duka pada biduk rumah tangga. Namun hingga usia 35 tahun seperti ini aku belum juga menemukan belahan jiwaku. Sehingga cap perawan tua sudah biasa terdengar di telingaku.

Aku Sandra, gadis biasa saja. Terlalu banyak fikiran buruk tentang rumah tangga orang di sekitarku selama ini. Kesan menikah menjadi buruk di mataku. 

Entah dosa apa yang aku lakukan sehingga aku belum juga menikah hingga saat ini. Namun aku tak terlalu memikirkan itu. Akupun terkadang berfikir, ada ketakutan tersendiri jika aku bermasalah dalam menikah nanti. Aku tidak mau rumah tangga yang hanya membuatku menderita. Banyak contohnya. Orang-orang terdekatku saja. Paman dan tanteku. Mereka tiap hari selalu bermasalah dengan anak-anak mereka yang tidak bisa menurut nasehat mereka. Belum lagi jika berdebat hal-hal yang bikin ribut suasana rumah. Jika aku berkunjung ke rumah mereka selalu tak tenang karena selalu ada perdebatan. Hatiku berkata mungkinkah jika aku menikah akan begini juga? Aku tidak mau. Jika lelaki hanya menjadi punca masalah kenapa menikah harus menjadi jalan terbaik pada akhirnya? Mungkin aku harus banyak mencari referensi berbagai macam rumah tangga yang ideal tuntunan agama yang sebenarnya.

Esoknya aku mendapat ajakan kawan untuk jalan-jalan ke pantai sekedar melepas lelah dan rekreasi. Aku penuhi ajakan suami istri itu yang kebetulan teman SMA ku juga. Mereka sering mengajakku karena aku adalah sahabat dekat istrinya. Mereka belum punya anak sehingga masih bebas mau kemanapun juga layaknya orang pacaran. Sehingga meninggalkan rumah dalam waktu lama tidak akan menimbulkan masalah.

Namun di pantai seperti biasa aku melihat wajah temanku murung. Aku tanya kenapa. Dia bilang suaminya sepertinya punya perempuan lain. Karena sekarang tiap hari selalu di depan telepon bahkan hampir 24 jam. Ini ke pantai pun ternyata dia yang memaksa suaminya karena suaminya sudah jarang mengajak jalan-jalan atau sekedar refreshing. Kembali aku berfikir, apa menikah akan selalu penuh dengan masalah. Aku pamit pulang dan mencoba mengatakan agar temanku bicara baik-baik dengan suaminya agar masalah di antara mereka bisa segera selesai. 

Di rumah aku membuka hp. Ada pesan dari salah seorang sahabat semasa kuliah dulu. Dia seorang wanita sholeha yang sudah sukses menurutku. Karena meskipun jarang bertatap muka di dunia nyata, di dunia maya aku berteman dengannya, sehingga semua informasi dan kegiatannya aku tau. Dia mempunyai keluarga yang ideal. Suami yang sholeh bekerja sebagai ASN dan mempunyai sepasang anak yang lucu-lucu. Isi pesannya undangan ceramah salah satu ustadz di perumahannya sore ini habis Ashar. Dia sangat mengharap kedatanganku. Aku memang sudah jarang bahkan hampir tak pernah ikut pengajian lagi. Sepertinya tak ada salahnya aku datang sore ini. Anggap saja memenuhi undangan.

Begitu ramainya pengajian di dekat rumah Indri temanku. Setelah pengajian aku ingin pamit pulang. Aku berjabat tangan, berpelukan dan bertanya bagaimana kabarnya. Ternyata dia makin cantik dan fashionable menurutku. Meski berhijab dia tetap modis tanpa harus bergaya yang berlebihan. Auratnya tertutup sempurna dengan polesan bedak tipis dan warna lipstik pink muda yang memberi kesan sederhana. Aku suka melihatnya. Dia menanyakan statusku. Aku bilang belum menemukan jodoh. Dia minta izin meminta nomor WA ku dan bertanya maukah aku dikenalkan dengan salah satu kerabatnya. Aku hanya tersenyum dan bilang terserah dia saja. Karena aku sudah bosan dikenalkan dengan beberapa lelaki namun ujung-ujungnya berakhir kecewa.

Di rumah menjelang jam 10 malam aku bersiap-siap untuk tidur. Ada nomor WA tak dikenal masuk, dan mengucapkan salam. Aku sudah mengantuk dan membiarkannya saja. Esok hari aku berangkat kerja seperti biasa. Dan pulang setelah Ashar. Niatku ingin singgah di mesjid sekedar menginfakkan sedikit rezeki yang ku punya. Kata-kata ustadz kemarin terngiang-ngiang di fikiranku. Jika ingin dipermudah Allah bersedekahlah, berinfaq ataupun berbagi sedikit harta yang kita punya. Meski ada ketakutan namun niatku sudah mulai bulat untuk menikah. Semoga Allah beri jalan.

Satu bulan berlalu dan aku semakin sering ikut pengajian. Dan hatiku semakin tenang tanpa ada keresahan lagi tentang belum datangnya jodohku. Satu pesan masuk, indri mengajakku berjumpa. Karena aku sibuk aku langsung menelpon dia saja.

"Halo ndri, ada apa tu. Maaf kegiatanku masih full minggu ini. Bicara ditelepon juga tak apa kan?"

"Iya San. Temanku yang kemarin serius ingin berjumpa keluarga kamu. Dia sudah melihat kamu di foto dan ingin segera melamar kamu." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun