Mohon tunggu...
Zaitun Ilahi
Zaitun Ilahi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasisiwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

eastjava_

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Masa Pertumbuhan Anak Usia Dini

22 September 2020   11:00 Diperbarui: 25 September 2020   13:48 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehingga dengan dasar semua itu akan membuat seorang anak kecanduan pada game yang terdapat dalam gawai , apakah kecanduan itu kecanduan adalah kurangnya kontrol seorang terhadap hal -- hal negatif terhadap dirinya . Bagaimana orang tua menyikapi sikap anak yang sudah terlanjur kecanduan terhadap gawai . 

Sebagai langkah awal kita sebagai orang tua harus mengetahui tiga kebutuhan dasar yang harus terpenuhi yaitu ingin terus berkembang potensinya , ingin memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan juga ingin terhubung dengan dunia sosial . 

kita sebagai orang tua bisa mengalihkan kecanduan anak terhadap gawai dengan memberikan suatu inovasi yang lebih menarik perhatian anak dan bisa mendukung pertumbuhan yang lebih baik kearah hal yang positif , untuk bisa memenuhi tiga hal kebutuhan dasar anak tersebut contohnya dengan mengajak anak bermain yang menggunakan kecerdasan otak dan kemampuan motoriknya contohnya bermain petualangan , berkebun , belajar memanah dan lain - lain .

            Pada anak usia dini muncul perilaku destruktif contohnya melawan , membantah dan membentak . Menurut ahli psikologi "Paul Ekman" kecerdasan emosional disebut sebagai kecakapan atau ketrampilan , tidak ada satupun ketrampilan yang tidak bisa dipelajari itu kata kunci yang harus dimiliki oleh orang tua . 

Kemampuan sosial emosional dapat diajarkan dengan mengidentifikasi lima kompetensi dasar yaitu mulai dari bagaimana mengajarkan anak untun dapat mengidentifikasi emosi lalu mengatur bahwa rasa marah , senang , sedih , terkejut , takut itu memang ada pada naluri setiap manusia . 

Ajarkan anak untuk memiliki kemampuan memahami lingkungan sosial dengan memahami etika dan norma sehingga anak bisa membangun hubungan dengan orang lain , kenalkan anak dengan emosi dasar manusia seperti marah , sedih , takut , bahagia , heran , jijik , percaya , antisipasi dan nikmat . 

Ajaklah anak bicara disaat anak  tenang dan suruh anak menjelaskan pengalaman yang mereka alami kemudian kita berikan pemahaman tentang jenis emosi dan apa yang mereka rasakan . Contoh anak marah saat tidak dipinjami mainan temannya , kita dekati dan tanyakan perasaannya ,  kemudian kita berikan pemahaman kepada anak , bahwa kita tidak boleh marah dan memaksakan kehendak kepada orang lain 

              Di saat terjadi konflik antara orang tua dan anak , permasalahan sebenarnya adalah karena anak tidak bisa banyak mengungkapkan perasaan dan keinginanya terhadap orang tua sehingga orang tua tidak memahami keinginan anak . Orang tua cenderung selalu memiliki otoritas penuh dalam konflik dikarenakan pengetahuan dan pengalamannya . 

Selalu terjadi siklus konflik disaat adanya perbedaan pandangan , pikiran ,  perasaan dan perilaku antara anak dan orang tua , mengapa itu terajadi ? , karena orang tua sebagai manusia dewasa sudah mampu dan tahu cara memahami dunia sedangkan anak anak belum mampu , agar tidak terjadi konflik tersebut berikanlah penjelasan kepada anak dengan cara yang bisa dipahami anak , buatlah anak memahami keinginan dan harapan orang tua . 

Jika anak tidak bisa memahami sudut pandang dan keinginan orang tua maka akan terjadi perubahan emosi pada anak karena adanya perasaan tertekan dan dapat memicu emosi negatif .

SUMBER: 1 . https://www.kompasiana.com/akhmadmukhlis27/5c7cdf89ab12ae2c781e4b3e/memahami-siklus-konflik-orangtua-anak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun