Siapa yang "menulis" teks ini? Bukan hanya siapa yang secara fisik menyusunnya, tetapi siapa stakeholder yang kepentingannya terwakili dalam teks ini? Apakah laporan ini lebih mencerminkan kepentingan manajemen, investor, atau stakeholder lain?Â
Dalam konteks apa teks ini ditulis? Situasi ekonomi seperti apa yang sedang dihadapi? Apakah ada tekanan politik atau kompetitif? Bagaimana kondisi industri? Apa budaya organisasi yang melatarbelakangi? Konteks ini sangat mempengaruhi bagaimana angka-angka disajikan dan diinterpretasikan.Â
Apa yang ingin "dikatakan" oleh teks ini? Pesan eksplisit dan implisit apa yang dikomunikasikan? Apakah organisasi ingin menunjukkan stabilitas, pertumbuhan agresif, kehati-hatian, atau transparansi? Apa narasi yang ingin dibangun?Â
Nilai-nilai apa yang tersembunyi di dalamnya? Asumsi moral apa yang mendasari? Prioritas apa yang tersirat? Worldview seperti apa yang tercermin dalam cara angka-angka disusun dan disajikan?Â
- Contoh praktis: Ketika Anda membaca neraca sebuah perusahaan, jangan hanya melihat angka-angkanya dan menghitung rasio. Tanyakan lebih dalam: Mengapa perusahaan memiliki struktur modal seperti ini? Apakah ini mencerminkan sikap konservatif atau agresif terhadap risiko? Apa filosofi manajemen di balik keputusan investasi ini? Apakah mereka mengutamakan pertumbuhan jangka pendek atau keberlanjutan jangka panjang? Bagaimana perusahaan memahami konsep "aset" atau "kewajiban"? Apakah ada aset tidak berwujud (seperti kepercayaan karyawan, reputasi sosial, modal sosial) yang tidak tercatat tetapi sangat penting bagi keberlangsungan organisasi? Apakah ada nilai budaya tertentu yang tercermin dalam pola pengeluaran atau investasi?Â
Mengembangkan Empati HermeneutikÂ
Empati hermeneutik bukan sekadar "kasihan" atau simpati emosional, tetapi kemampuan sistematis untuk masuk ke dalam dunia pengalaman orang lain dan memahami perspektif mereka dari dalam. Ini adalah keterampilan yang dapat dilatih:Â
Wawancara mendalam dengan pendekatan fenomenologis: Ubah cara Anda bertanya. Bukan bertanya "Berapa labanya?" atau "Metode apa yang Anda gunakan?" tetapi ajukan pertanyaan yang membuka dimensi pengalaman:Â
"Apa arti laba bagi Anda secara pribadi? Apa yang Anda rasakan ketika melihat angka laba meningkat atau menurun?"Â
"Ceritakan pengalaman Anda ketika harus mencatat transaksi yang ambigu atau kontroversial. Apa yang melalui pikiran Anda saat itu? Bagaimana perasaan Anda?"Â
"Apa dilema moral terberat yang pernah Anda hadapi sebagai akuntan? Bagaimana Anda menyelesaikannya? Apa yang Anda pelajari dari pengalaman itu?"Â
"Nilai-nilai apa yang paling penting bagi Anda dalam praktik akuntansi? Dari mana nilai-nilai itu berasal---keluarga, pendidikan, agama, pengalaman pribadi?"Â
- Observasi partisipatif: Jangan hanya mengamati dari luar seperti peneliti yang berdiri di balik kaca satu arah. Ikut terlibat dalam praktik akuntansi untuk merasakan sendiri tekanan deadline, mendengar perdebatan tentang treatment akuntansi yang tepat, mengamati bagaimana keputusan dibuat dalam situasi ketidakpastian, merasakan atmosfer saat audit eksternal, dan memahami dinamika politik dalam organisasi yang mempengaruhi keputusan akuntansi.Â
- Refleksi diri yang jujur: Sebagai peneliti atau praktisi, sadarlah bahwa Anda membawa nilai, prasangka, dan asumsi sendiri yang mempengaruhi cara Anda memahami fenomena. Refleksikan secara teratur: Apa asumsi saya tentang "akuntansi yang baik"? Dari mana asumsi itu berasal? Bagaimana latar belakang pendidikan, budaya, dan pengalaman pribadi saya mempengaruhi cara saya melihat praktik akuntansi? Apakah saya membawa bias tertentu yang mungkin menghalangi pemahaman otentik terhadap perspektif yang berbeda dari saya? Bagaimana saya bisa membuka diri untuk benar-benar mendengar dan memahami perspektif yang mungkin sangat berbeda, bahkan bertentangan dengan keyakinan saya?Â