Bahasa daerah (bahasa Jawa) bisa disebut juga dengan bahasa ibu, melestarikan bahasa ibu merupakan upaya mulia melestarikan sebuah peradaban. Sayang, nasib bahasa ibu terus terpinggirkan, tidak hanya tergerus oleh bahasa nasional yang memang penting, namun ironisnya justru dikalahkan oleh minat pengguna bahasa untuk menguasai bahasa asing seperti bahasa Inggris (dengan dalih bahasa ilmu pengetahuan internasional), bahasa Mandarin, Jepang, Korea dan sebagainya.
Bukan hendak mengabaikan pentingnya bahasa asing dalam tata pergaulan modern dan global, namun komitmen merawat bahasa daerah justru seyogyanya yang seharusnya kita utamakan. Penggunaan bahasa ibu adalah suatu instrumen yang dapat mempermudah anak-anak belajar dengan baik, selain itu juga dapat melibatkan orang tua mereka dalam proses belajar di rumah.
Bermain peran atau role playing merupakan model pembelajaran yang di dalamnya menunjukan aktivitas berakting dari siswa sesuai dengan peran yang telah ditentukan, dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasikan dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan, gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Bermain peran dirasa sangat cocok untuk mengenalkan siswa dengan undha-usuk basa Jawa yang mulai terlupakan.Â
Dengan menggunakan model role playing siswa harus bisa menggunakan diksi yang tepat sesuai undha-usuk basa. Misal siswa mendapat peran sebagai anak, ketika harus berbicara dengan orang tua harus bisa menguasai ragam krama. Hal ini dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam menggunakan ragam krama, dengan demikian dari pembelajaran bermain peran ini diharapkan siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.