Mohon tunggu...
KKN UPB Desa Karangmulya 2025
KKN UPB Desa Karangmulya 2025 Mohon Tunggu... Universitas Pelita Bangsa

Artikel ini berisi laporan kinerja Program Kerja KKN 2025 di Desa Karangmulya, Kab, Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Jejak Usaha Tahu Sumedang dan Peternakan Sapi Milik Boss Tahu di Bojongmangu.

20 Agustus 2025   06:53 Diperbarui: 20 Agustus 2025   06:54 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu, Bojongmangu 

Bojongmangu, 04 Agustus 2025 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Pelita Bangsa mendapat kesempatan untuk melakukan kunjungan lapangan ke sebuah pabrik tahu yang cukup dikenal masyarakat Bojongmangu, Kabupaten Bekasi. Pabrik tersebut dimiliki oleh seorang pengusaha lokal bernama Bapak H. Qodir, yang akrab disapa warga dengan panggilan Boss Tahu.

Dalam kunjungan yang berlangsung pada Minggu pagi, mahasiswa KKN disambut hangat oleh H. Qodir. Beliau bercerita panjang lebar tentang perjalanan usahanya, mulai dari ide awal, tantangan, hingga keberhasilan yang kini diraih. Awalnya, inspirasi membuka usaha tahu muncul ketika beliau melihat banyak kayu bakar yang tidak terpakai. Suatu ketika, ia membeli tahu Sumedang, mencoba mencicipi, lalu terlintas ide untuk membuat usaha serupa. Namun, sebelum benar-benar memulai, ia lebih dulu belajar ke sebuah pabrik tahu di daerah Cariu. Dari sana, ia mengamati proses pembuatan tahu secara langsung, mempelajari tekniknya, hingga akhirnya mengajak seorang warga asal Sumedang yang tinggal di sekitar Bojongmangu untuk membantunya membuat tahu.

Dengan modal awal Rp35 juta, pada Agustus 2019 beliau mulai membangun pabrik sekaligus menyiapkan kebutuhan produksi. Dari awal yang sederhana, usahanya berkembang pesat. Kini, pengiriman tahu dari Tanjung Priok dapat mencapai dua ton dengan biaya sekitar Rp20 juta sekali angkut. Penghasilan per hari diperkirakan mencapai Rp6 juta. Meskipun jumlah karyawan tetap hanya lima orang, distribusi tahu sangat terbantu oleh kehadiran sekitar 35 hingga 40 pedagang motor. Setiap harinya, 25 sampai 26 pedagang aktif berjualan dengan sistem libur bergantian.

Sistem penjualan yang diterapkan H. Qodir juga sangat memudahkan pedagang kecil. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan. Cukup mengambil tahu dari pabrik, menjualnya di lapangan, lalu menyetorkan hasil penjualan keesokan harinya. Harga dasar tahu dipatok Rp600 per potong, sementara pedagang bebas menentukan harga jual ke masyarakat. “Terserah pedagang mau jual seribu, seribu lima ratus, atau lima ribu empat potong, yang penting setor sesuai jumlah yang dibawa,” jelas H. Qodir kepada mahasiswa KKN yang mewawancarainya.

Dokumentasi Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu Bojongmangu 
Dokumentasi Proses Pembuatan Tahu Di Pabrik Tahu Bojongmangu 

Dengan sistem ini, jangkauan pemasaran tahu Sumedang dari Bojongmangu meluas hingga ke Cikarang, Pasar Bersih (Pasber), bahkan sampai Villa Khayangan di Kabupaten Bogor. Strategi pemasaran pun tak muluk-muluk, cukup memanfaatkan media sosial seperti WhatsApp dan jaringan dari mulut ke mulut antarwarga. Saat ini, pabrik tahu milik H. Qodir sudah memiliki NIB, sertifikat halal, dan alamat yang tercantum di Google Maps sehingga memudahkan konsumen maupun pedagang untuk mengaksesnya.

Tidak berhenti pada produksi tahu, pabrik ini juga menghasilkan limbah berupa ampas tahu. Limbah ini semula dijual untuk pakan sapi dengan harga Rp30 ribu per 45 kilogram, terutama menjelang Iduladha. Namun, setelah hari raya permintaan sapi menurun drastis. Dari situ, H. Qodir mendapatkan ide untuk memelihara sapi sendiri. “Daripada nunggu yang beli, mending saya aja yang beli sapi, pelihara sendiri,” ungkapnya.

Kini, usaha peternakan sapi itu sudah berjalan dua bulan. Dari awal hanya dua ekor, jumlah sapi yang dipelihara meningkat menjadi tujuh, lalu bertambah lagi hingga saat ini mencapai enam belas ekor. Semua sapi merupakan sapi lokal berjenis jantan. Mereka ditempatkan di kandang khusus, diberi pakan utama berupa ampas tahu, rumput hasil tanaman di belakang kandang, serta tambahan vitamin untuk mendukung pertumbuhan. “Alhamdulillah, sapi-sapi saya sekarang mulai gemuk. Saya coba rawat dengan baik, siapa tahu ke depannya bisa lebih berkembang,” tambahnya.

Selain usaha tahu dan sapi, H. Qodir juga memiliki usaha lain di bidang kayu. Ia mengolah kayu rawa, termasuk kayu jati, menjadi berbagai kerajinan sesuai pesanan. Produk yang dibuat bervariasi mulai dari palet untuk kebutuhan perusahaan, hingga perabot rumah tangga seperti dipan, pintu, dan lemari. Harga yang ditawarkan bergantung pada ukuran dan jenis pesanan. Lemari dua pintu dijual seharga Rp2,5 juta, lemari tiga pintu Rp3,5 juta, dan lemari enam pintu Rp6 juta. Kayu jati yang digunakan harus berusia lebih dari 30 tahun agar kuat dan berkualitas.

Bagi mahasiswa KKN Universitas Pelita Bangsa, kunjungan ini menjadi pengalaman berharga. Mereka melihat secara langsung bagaimana seorang pengusaha mampu memanfaatkan peluang dari hal-hal sederhana, seperti kayu bakar yang tak terpakai dan limbah tahu, untuk dijadikan sumber penghasilan baru. Tidak hanya menciptakan usaha mandiri, tetapi juga membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun