Mohon tunggu...
Rizki Ramadan
Rizki Ramadan Mohon Tunggu... Lainnya - Halo.

Padangsidempuan - Purwokerto - Unsoedian - travel enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kaldera Toba: Destinasi Super Prioritas Untuk Menjadi Destinasi Global

26 September 2021   23:52 Diperbarui: 26 September 2021   23:53 973
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lanskap Toba dari Tele (dok. pribadi)

Danau Toba tak sekadar menyajikan pemandangan alam yang menakjubkan. Lanskap Kaldera Toba tidak diragukan lagi keindahannya. Dari sisi manapun wisatawan berpijak, pengunjung bisa mendapatkan sudut pandang yang berbeda. Budaya yang ditawarkan pun sangat menarik. Kearifan lokal dan budaya Batak melekat berdampingan dengan kehidupan masyarakatnya. Masyarakat yang tersebar di tujuh kabupaten sekitaran Danau Toba sejak dulu melestarikan tradisi leluhur mereka sehingga Heritage of Toba dapat eksis di masa kini hingga untuk generasi selanjutnya.

Pesona Danau Toba sebagai warisan dunia semakin nyata dengan label "UNESCO Global Geopark" pada tanggal 2 Juli 2020. Sertifikasi tersebut menjadi langkah awal yang positif untuk menyusun strategi pengembangan destinasi yang akan diterapkan. Dengan adanya pengakuan ini, Danau Toba diharapkan akan semakin berkembang. Menyolek potensinya dengan peningkatan sumber daya manusia yang berdaya saing. Berinovasi dan berkreativitas sebagai destinasi super prioritas. Mempersiapkan destinasi yang ada di Danau Toba sebagai pilihan tujuan wisata yang memikat. Lantas kemudian bersiap untuk menjadi destinasi global yang berkualitas dan berkelanjutan.

Konsep pariwisata berkualitas dan berkelanjutan merupakan hal penting yang harus diterapkan. Konsep ini mengacu keberpihakan akan lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi agar berjalan secara beriringan dan seimbang. Hal ini merupakan wujud gagasan Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah disepakati negara-negara dunia. Bertujuan untuk menjaga eksistensi pariwisata masa kini, masa depan dan untuk generasi mendatang.

Setelah ditetapkan menjadi salah satu Destinasi Super Prioritas (DSP) oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Berbagai pengembangan dilakukan sampai dibentuk suatu Badan Otoritas Pengembangan Danau Toba (BOPDT) untuk mengelola destinasi yang diharapkan menjadi penggerak ekonomi lokal. Aksesibilitas, amenitas, kualitas sumber daya lokal, industri kreatif, dan atraksi wisata digeber dalam beberapa tahun terakhir. Keseriusan pemerintah menggarap Danau Toba dilakukan sebagai upaya untuk mempersiapkan Danau Toba sebagai destinasi wisata yang berkualitas dan berkelanjutan.

Strategi pengembangan Danau Toba oleh pemerintah sudah cukup baik meskipun belum memberi keuntungan yang optimal. Upaya tersebut diantaranya dimulai dengan penguatan konektivitas dan infrastruktur dengan dibukanya Bandara Internasional Silangit. Pembangunan dermaga dan penyediaan kapal penyebrangan KMP Ihan Batak. Pengembangan wisata nomad yang menyasar milenial dengan wisata glamping dan desa wisata. Strategi tersebut dilakukan agar tetap menggenjot geliat pariwisata di kancah nasional.

KMP Ihan Batak berlabuh di Ambarita (dok. pribadi)
KMP Ihan Batak berlabuh di Ambarita (dok. pribadi)
Upaya pemerintah mengalami tantangan ketika munculnya wabah Coronavirus. Wabah ini berdampak pada anjloknya kuantitas wisatawan lokal maupun mancanegara. Yang mana mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada lini bisnis pariwisata. Pemerintah dengan sigap membangkitkan kembali gairah sektor ini. Kiat yang dilakukan seperti Beli Kreatif Danau Toba yang mengkampanyekan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia untuk menyelamatkan para pelaku ekonomi kreatif dalam menghadapi pandemi. Selain itu, penerapan protokol CHSE yakni kebersihan (cleanliness), kesehatan (health), kemanan (safety), dan kelestarian lingkungan (environment sustainability) pada suatu destinasi wisata merupakan hal yang wajib diterapkan sehingga pelaku wisata dan wisatawan dapat beradaptasi di era pandemi. Hal ini bertujuan untuk menciptakan rasa aman, nyaman, dan pulang dengan membawa kenangan yang berkesan.

Wisatawan pasca pandemi di Desa Tomok (dok. pribadi)
Wisatawan pasca pandemi di Desa Tomok (dok. pribadi)

Kampanye berwisata dengan tagar #DiIndonesiaAja pun turut digaungkan untuk membangkitkan gairah sektor pariwisata Indonesia pasca pandemi. Potensi wisatawan domestik memberi semangat baru terhadap pelaku wisata dan ekonomi kreatif.  Meskipun turun sebanyak 30% dari tahun 2019, total wisatawan lokal pada tahun 2020 sejumlah 198.246.000 adalah peluang yang sangat menjanjikan. Strategi ini diharapkan akan memberikan hasil yang positif. Namun yang perlu dihadirkan adalah strategi ciamik apa yang harus dipromosikan sehingga mampu menarik pasar wisatawan domestik yang sebelumnya suka bepergain ke luar negeri menjadi beralih untuk menjejalah destinasi dalam negeri. Terlebih Indonesia memiliki segudang destinasi apik yang tersebar di seluruh penjuru negeri.


*****

Pengembangan Kawasan Danau Toba yang Berkualitas dan Berkelanjutan

- Kaldera Toba Trail

Point of interest Kaldera Toba terdapat pada suguhan alam dan budayanya. Pada kesempatan berkunjung ke Danau Toba pada Bulan April lalu, saya melewatkan kesempatan melihat lanskap Tao Toba dari sisi barat secara keseluruhan.

Pemandangan dari Bukit Sibea-bea / Konstruksi Patung Yesus (dok. pribadi)
Pemandangan dari Bukit Sibea-bea / Konstruksi Patung Yesus (dok. pribadi)
Menurut saya, jalur pendakian dari sisi barat menawarkan wisatawan dengan pemandangan yang luar biasa jika dieskplorasi. Pendakian ini ditujukan kepada pegiat wisata alam khususnya wisatawan milenial. Pengembangan jalur pendakian dapat dibuat dari titik awal Paropo, Pulau Silalahi, berlanjut ke Bukit Pemandangan Pulau Tulas, kemudian ke Pusuk Buhit, mengarah ke Sibea-bea, Bukit Holbung, Batu Maroppa, berakhir di Bukit Sipatungan. Jalur pendakian dikombinasikan dengan melewati punggungan bukit, jalan pedesaan, dan ladang pertanian warga. Dibutuhkan pula, pembangunan shelter untuk tempat beribadah dan tempat istirahat di setiap spot tertentu.

Bukit Sibea-bea / Patung Yesus (dok. pribadi) 
Bukit Sibea-bea / Patung Yesus (dok. pribadi) 

Jika dirunut dari Google Maps, jarak antara Paropo menuju ke Sipatungan membutuhkan waktu selama 20 jam perjalanan dengan jarak tempuh 91 km. Sedangkan jika diambil dari titik Bukit Pulau Tulas akan membutuhkan waktu 11 jam perjalanan dengan jarak tempuh 46 km. Jarak ini merupakan estimasi sementara karena jalurnya masih menggunakan acuan jalan raya.

Hal yang akan didapatkan wisatawan selama melewati jalur pendakian diantaranya akan menemukan keragaman pesona wisata Danau Toba baik dari segi alam, budaya, sosial, kuliner, dan tentunya pengalaman yang sangat berkesan. Apalagi kontur perbukitan di area ini masih tergolong bersahabat untuk didaki wisatawan dengan rata-rata ketinggian bukit mencapai 1.000 -- 2.000 mdpl.

Dengan dibangunnya jalur pendakian tersebut akan mendorong peran aktif masyakarat lokal agar bekerja sama, menumbuhkan kreativitas dan inovasi wisata dengan memanfaatkan potensi yang ada dengan baik sehingga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.

- Ruang Kreatif

Sektor pariwisata tumbuh berkualitas dan berkelanjutan jika didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan kompetitif. Sedangkan sumber daya manusia dapat menjadi unggul jika berproses dan terus dididik dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan tersedianya ruang kreatif untuk penduduk lokal di Kawasan Danau Toba sebagai tempat masyarakat dan wisatawan saling belajar, bertukar pikiran, mengembangkan ide, inovasi dan kreativitas.

Dengan munculnya fasilitas publik yang mendukung dan adanya fasilitator penggerak maka akan berdampak baik untuk menghasilkan pelaku wisata dan artisanal yang handal. Ruang kreatif ini nantinya dapat dijadikan semacam lokasi workshop, pertunjukkan, diskusi, event, kuliner, dan belajar bahasa asing. Apabila setiap kecamatan di sekitaran Danau Toba memiliki ruang kreatif masing-masing, maka akan mendukung kemajuan sektor pariwisata Danau Toba semakin tumbuh berkualitas dan berkelanjutan.

- Pengembangan Edukasi, Penelitian, dan MICE

Danau Toba mempunyai sejarah panjang yang luar biasa. Memiliki narasi yang berkaitan dengan proses terbentuknya yaitu dari ilmu sains dan legenda masyarakat yang melekat. Potensi sains berkaitan dengan pengembangan edukasi dan penelitian, di mana letusan supervolcano yang meletus 74.000 tahun silam menjadikan Toba sebagai danau vulkanik terbesar di dunia. Adapun keragaman geologi, mahluk hidup dan budaya menjadi sesuatu yang relevan untuk mengembangkan wisata edukasi dan penelitian, baik bagi pelajar, mahasiswa, maupun para ilmuwan dari dalam dan luar negeri.

Wisata MICE di Indonesia Aja memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Termasuk destinasi Danau Toba yang mempunyai paduan kultur dan alam yang menakjubkan. Dengan menyajikan latar panggung yang alami. Wisata MICE Danau Toba yang dapat dikelola diantaranya festival dan kompetisi musik, seni, paduan suara dalam tingkat internasional. Mengingat banyaknya musisi Indonesia yang berasal dari Tanah Toba. Selain itu, pertunjukkan kisah legenda asal muasal Tao Toba yang epik dan pertujukkan lain yang dapat mengangkat budaya lokal setempat. Kemudian pengembangan sport tourism yang menjual pemandangan sebagai daya tarik seperti olahraga paralayang, balap sepeda, marathon, dan pendakian ultralight.


- Wisata Gastronomi

Wisata gastronomi tidak hanya berkaitan dengan tata boga, namun seni menyiapkan hidangan yang lezat, mengulik sejarah dan budaya makanan, kandungan nutrisi, dan tata saji. Wisata gastronomi dapat dikembangkan sejalan pada dunia kuliner yang sedang digemari wisatawan Indonesia. Berburu kuliner bukan sekadar mecicipi makan, namun juga mendapatkan pengalaman menarik lain di balik kelezatan sebuah hidangan dengan wisata gastronomi.

Toba pun mempunyai beragam kuliner yang menarik untuk dikemas menjadi wisata gastronomi. Diantaranya pengembangan wisata kopi dari kebun sampai menjadi produk minuman kopi. Kemudian sajian kuliner tradisional seperti mie gomak, ikan mas arsik, andaliman, kacang sihobuk, itak gurgur, lappet, ombus-ombus, dan lain sebagainya.

- Pengembangan Wisata Halal

Peringkat Wisata Halal Indonesia berada pada peringkat keempat pada tahun 2021 berdasarkan skoring Global Muslim Travel Index (GMTI) dari total 140 negara. Peringkat ini turun tiga peringkat di mana pada tahun 2019, Indonesia meraih peringkat pertama. Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia memberikan poin plus untuk mengembangkan destinasi wisata halal. Di mana penduduk muslim dapat menjadi pelaku wisata yang terampil dalam mengembangkan wisata halal.

Kriteria destinasi halal diantaranya aksesibilitas, komunikasi pemasaran, lingkungan, dan pelayanan. Dalam indeks GMTI tersebut, Indonesia memiliki keunggulan pada lingkungan dan pelayanan yang layak menyuguhkan wisata halal. Sedangkan untuk askesibiltas dan sarana komunikasi masih perlu ditingkatkan secara maksimal. Wisata halal setidaknya mencakup keamanan, kenyamanan dan terpenuhinya syarat sebagaimana wisatawan muslim saat pergi melancong. Tersedianya makanan halal, fasilitas ibadah, atraksi dan aktivitas yang halal, rekreasi yang memberi ruang privasi, penyediaan toilet dengan ketersediaan air bersih yang memadai, dan minimnya islamofobia merupakan kunci utama pengembangan wisata ini.

Pasar wisata halal adalah pasar yang menjanjikan. Di mana jumlah wisatawan muslim diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2023. Sangat mungkin jika Danau Toba ikut mengambil kesempatan mengembangkan wisata halal. Meskipun mayoritas masyarakat di Danau Toba adalah non muslim, hal ini perlu dipertimbangkan berkaitan dengan potensi kunjungan wisatawan dari negara muslim seperti Malaysia, Arab Saudi, UEA dan Timur Tengah lainnya.

Dengan adanya pariwisata halal, restoran halal akan mendapatkan peluang dua kali lebih besar untuk menggaet wisatawan muslim dan non muslim. Terlebih, kunjungan wisatawan asing terbanyak yang datang berkunjung ke Indonesia dan khususnya Provinsi Sumatera Utara berasal dari negeri jiran, Malaysia. Dengan pengembangan wisata halal di Danau Toba maka akan menambah standar kelayakan destinasi Danau Toba untuk maju ke ranah global.

*****

Aksesibilitas di area Bukit Sibea-bea (dok. pribadi)
Aksesibilitas di area Bukit Sibea-bea (dok. pribadi)
Dengan beberapa ide pengembangan tersebut, saya berharap pesona Kaldera Toba sebagai warisan dunia tidak hanya sebatas label dari UNESCO, namun juga harus dapat tumbuh berkembang hingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat lokal. Sebab Danau Toba tak hanya sebongkah Pesona Indonesia di Pulau Sumatera, namun lebih dari sekadar itu. Toba berpotensi maju menjadi destinasi yang berkelas jika dikemas dengan baik dan tepat. Pada akhirnya, Wonderful Indonesia melalui Destinasi Super Prioritas Toba (DSP Toba) akan mewarisi alam dan budayanya bagi wisatawan dunia dan mampu menyejahterakan masyarakatnya dari sektor pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Semoga!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun