Mohon tunggu...
Rizka Putri Dewi
Rizka Putri Dewi Mohon Tunggu... -

Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo, Gus Dur, Muktamar NU di Cipasung, dan Hal-Hal yang Disangkal

5 Juli 2014   07:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:25 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto: Kaskus.co.id)

Mulanya adalah mencatut. Nama dan ucapan Gus Dur dicatut dan diplesetkan untuk membangun ‘keagungan’ seorang Prabowo. Jadilah, seolah-olah Prabowo adalah sang hero. Keluarga Gus Dur dan pengikut Gus Dur tak terima. Tim Prabowo-Hatta berkilah: itu urusan relawan. Hmmm.

Lalu, bergulirlah ini: seorang wartawan investigator asal AS, Allan Nairin ungkap fakta. Prabowo ternyata pernah menghina Gus Dur sebagai presiden yang memalukan karena fisiknya buta. Pernyataan itu disampaikan dalam sebuah wawancara.  Reaksi Tim Prabowo-Hatta alias Prahara: wawancara itu tak ada.

Sekadar mengingatkan, kegundahan pada faktor fisik sepertinya menjadi obsesi Prabowo. Beberapa waktu lalu, dia sempat berujar agar polisi merekrut orang yang ganteng dan cantik. Alasannya, orang ganteng dan cantik akan jadikan polisi sebagai institusi yang disegani.

Prahara menyangkal, informasi terus bergulir. Kali ini soal ancaman Prabowo untuk membunuh Gus Dur. Kata Prabowo, kalau Gus Dur masih koar-koar, dia akan bungkam Gus Dur selamanya. Ada 100 sniper disiapkan. Reaksi kubu Prahara: ini kampanye hitam.

Dan gara-gara sanggahan itu, kembali muncul informasi lama tapi baru. Ikhwal Prabowo terlibat aktif dalam upaya menjegal Gus Dur dalam muktamar NU di Cipasung, Jawa Barat, 1994 lalu.

Dalam acara itu, Gus Dur dilarang duduk di barisan depan sewaktu acara pembukaan. Gus Dur juga dilarang bersalaman dengan Soeharto. Calon ketua PBNU yang jadi jagoan pemerintah, Abu Hasan, kumpulkan cabang-cabang NU dari luar Jawa di rumah Prabowo. Fadli Zon, kaki tangan Prabowo, terlihat aktif menjadi juru bayar di arena muktamar.

Muktamar Cipasung selalu jadi memori. Karena itulah salah satu fase yang paling brutal intervensi pemerintah Soeharto untuk menaklukan NU dan juga Gus Dur. Terlebih ketika Gus Dur menunjukkan sikap kritisnya terhadap rejim orde baru.

Kisah ini selalu jadi kenangan pahit bagi keluarga besar NU. Mereka yang mengalaminya langsung masih banyak yang hidup. KH Masdar Farid Mas’udi hanyalah satu dari sekian nama yang bisa dimintai konfirmasi.

Reaksi Prahara soal fakta ini ? sampai saat ini belum ada. Mungkin timses Prahara akan lagukan jawaban usangnya: ini kampanye hitam. Mungkin Prabowo akan kembali menjawab: tanya atasan saya.

Begitulah. Prabowo adalah bagian nyata dari rejim Soeharto. Kini, ia meminjam nama Gus Dur demi meraih kekuasaan. Mungkin ia sudah lupa atas perkataan dan perbuatannya kepada seorang Gus Dur. Mungkin memori ini hilang ketika dia terkena stroke beberapa waktu lalu. Jadi, maklumi sajalah. Kasihan, nanti dia kena stroke lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun