Kisah hidup Bang RAN adalah bukti nyata bahwa takdir bisa dibentuk ulang oleh kegigihan. Perjalanannya yang terjal, dari lorong panti asuhan hingga kejamnya fluktuasi pasar trading, mengajarkan satu hal: masa lalu yang sulit bukanlah vonis, melainkan fondasi untuk membangun masa depan yang lebih kokoh.
Ini bukan sekadar cerita tentang kesuksesan finansial, tetapi tentang bagaimana seorang anak panti mampu bangkit dari kehancuran untuk kemudian mendedikasikan ilmunya secara gratis bagi puluhan ribu orang.
Tempaan Disiplin di Panti Asuhan
Pria dengan nama asli Ranto Siagian ini lahir di Samarinda pada 25 Agustus 1998. Ia berasal dari keluarga sederhana yang terpaksa bertekuk lutut di hadapan badai ekonomi. Keputusan pahit pun diambil kedua orang tuanya: menitipkannya bersama beberapa saudara di sebuah panti asuhan demi menjamin pendidikan mereka.
Panti asuhan, yang bagi sebagian orang mungkin terdengar getir, justru menjadi "kawah candradimuka" bagi Bang RAN. Di sanalah, dari bangku kelas 1 SD hingga lulus SMK, karakternya ditempa.
"Di panti asuhan saya belajar banyak hal. Karena sebelum masuk panti, saya tidak terlalu tahu banyak hal, minim skill," kenang Bang RAN.
Jadwal kegiatan yang terstruktur, mulai dari kerja bakti, bermain musik, hingga kewajiban berinteraksi dengan para donatur, secara tidak langsung mengasah kemampuannya dalam disiplin, manajemen waktu, dan bahkan public speaking. Namun, takdir kembali mengujinya. Impian untuk mengenyam bangku kuliah harus terkubur bersamaan dengan kendala finansial yang dialami sponsor panti. Pintu panti pun harus ia tinggalkan, melangkah ke dunia nyata yang jauh lebih keras.
Dari Hotel, Minimarket, hingga Aspal Jalanan
Tanpa ijazah sarjana dan privilese, Bang RAN memulai perjalanannya dari anak tangga terendah. Ia melakoni berbagai pekerjaan kasar, mulai dari menjadi waiter dan pencuci piring di hotel, admin di perusahaan Astra, hingga petugas EDP (Entry Data Processing) di Indomaret. Tak kunjung menemukan stabilitas, ia banting setir menjadi pengemudi ojek online (Gojek).
Di atas sadel motornya, di bawah terik dan hujan, ia belajar tentang kesabaran level tertinggi. "Menghadapi berbagai macam karakter customer, direndahkan, bahkan orderan dibatalkan tanpa alasan yang jelas," tuturnya.