Mohon tunggu...
Rizal Mutaqin
Rizal Mutaqin Mohon Tunggu... Founder Bhumi Literasi Anak Bangsa

Semua Orang Akan Mati Kecuali Karyanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

IMK, Buku, dan Cinta yang Tumbuh Diam-Diam

25 Mei 2025   16:37 Diperbarui: 25 Mei 2025   16:37 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bhumi Literasi Anak Bangsa (sumber: @bhumiliterasi_anakbangsa)

Tahun 2013, mentari pagi menyambut babak baru hidupku sebagai mahasiswa Teknik Informatika di UIN Malang. Osjur baru saja usai, masih terasa lelahnya, tapi juga semangat yang membuncah. Aku, Rizal Mutaqin, melangkah ke kelas pertama dengan antusiasme yang tidak bisa kusembunyikan. Hari itu, mata kuliah Interaksi Manusia dan Komputer (IMK) membuka lembaran pertama kehidupan akademikku.


Di antara para mahasiswa baru yang masih canggung dengan suasana kampus, ada satu wajah yang sejak awal osjur sering kutemui: Shinta, gadis berjilbab hitam dengan kacamata yang selalu bertengger manis di wajahnya. Ia tampak serius mencatat saat dosen mulai menjelaskan tentang user interface dan ergonomi sistem komputer. Aku tersenyum dalam hati, ternyata dia seantusias itu terhadap IMK.


Setiap pertemuan kuliah, aku dan Shinta kerap duduk berdekatan. Entah karena kebetulan atau memang semesta mengatur demikian, kami sering berakhir dalam kelompok diskusi yang sama. Dari sekedar bertukar ide tentang tugas, obrolan kami meluas ke hal-hal lain, mulai dari tren teknologi hingga kegemaran membaca buku.


Di luar kelas, aku tenggelam dalam aktivitas UKM Taekwondo. Latihan fisik yang melelahkan justru menjadi pelarian terbaik dari tekanan tugas-tugas kuliah. Sedangkan Shinta aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan, menyusun program kerja, mengatur rapat, dan sering pulang malam demi organisasi. Meskipun sibuk, kami selalu menyempatkan waktu untuk saling bertukar kabar.


Anehnya, meskipun dunia kami penuh agenda dan kesibukan, ada satu tempat yang selalu menjadi titik temu tanpa perlu janjian: perpustakaan kampus. Di antara rak-rak tinggi dan sunyi halaman-halaman buku, kami berbagi keheningan yang menyenangkan. Kadang-kadang, hanya duduk berdampingan membaca, tanpa kata.


Pada suatu sore, kami duduk di lantai dua perpustakaan, masing-masing dengan buku tentang desain user interface. Aku meliriknya diam-diam. Di balik ketekunan membaca, ada semacam ketenangan yang membuatku betah berlama-lama di dekatnya. Saat itu, aku sadar: IMK bukan hanya mata kuliah tentang hubungan manusia dan komputer, tapi juga tentang bagaimana interaksi manusia dengan manusia bisa sekompleks dan seindah itu.


Hari-hari terus bergulir, dan kedekatan kami tumbuh dengan sendirinya. Tak ada pernyataan cinta, tak ada janji manis. Tapi setiap momen bersama terasa cukup. Shinta dengan tawa ringannya, dan aku dengan cerita-cerita dari dojang, semuanya mengalir begitu saja, seperti halaman demi halaman buku yang kami baca bersama.


Suatu malam, selepas latihan Taekwondo dan Shinta selesai rapat HMJ, kami bertemu di perpustakaan. "Kenapa kita selalu ke sini?" tanyanya pelan. Aku menjawab sambil menatap rak buku di depan kami, "Karena di sini, kita bisa saling memahami tanpa perlu banyak kata." Ia tersenyum, dan diam-diam aku tahu, senyum itu menyimpan rasa yang sama.


IMK tak lagi sekedar mata kuliah bagiku. Ia menjadi simbol awal pertemuan, awal dari segala percakapan, awal dari perhatian yang pelan-pelan berubah menjadi perasaan. Buku-buku yang kami baca tak hanya memperluas wawasan, tapi juga menjadi jembatan menuju kedekatan hati.


Kini, bertahun-tahun setelah itu, setiap kali aku membuka buku tentang user interace, aku teringat masa-masa itu. Tentang aku, Shinta, IMK, Taekwondo, HMJ, dan perpustakaan, tempat di mana segalanya dimulai. Dan di dalam hatiku, aku tahu: cinta yang tumbuh dari ilmu dan kebersamaan, adalah cinta yang paling kuat akarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun