Mohon tunggu...
Rizaldo Maarief
Rizaldo Maarief Mohon Tunggu... profesional -

gemar menulis. bekerja pada bidang tulis-menulis. "kata-kata tidak mengenal waktu. kita harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyadari akan keabadiannya..."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dari Garasi Sempit Genta Nada Mendunia...

7 Februari 2012   10:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:57 1817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu, di pertengahan Januari, telinga ini mendengar suara-suara khas. Sayup-sayup gemerincingnya membius. Semakin kencang angin berhembus, semakin nyaring bunyi yang dihasilkan. Komposisi bebunyian itu mengalun jernih dari gesekan aluminium. Itulah irama genta nada atau bahasa kerennya Wind Chime.

[caption id="attachment_159705" align="alignleft" width="300" caption="Genta nada etnis Jawa..."]

13286090282063434499
13286090282063434499
[/caption]

Genta nada besar berwarna coklat ini, suaranya menyerupai harmoni gamelan Jawa pelog-selendro yang ritmik. Ukurannya satu meter. Sol, Mi, Sa, Si-nya dibentuk oleh 50 batang aluminium dengan 6 pemukul plus bass ukuran besar. genta nada ini disebut Wind Chime etnis Jawa, dengan 4 oktav titi nada.

Ya…genta nada beretnis nusantara. Di-stemp sesuai dengan titi nada etnis tradisional seperti gamelan Sunda, Jawa, Melayu, Bali, Batak, dan lainnya. Saya boleh bilang, genta nada etnis budaya ini, hanya satu-satunya di dunia saat ini.

Adalah Abdul Madjid Gangga, seorang seniman yang menjadi penemu alat musik genta nada bertiti nada etnis budaya tersebut. Di tangan pria 56 tahun ini, bilah-bilah aluminium diubah menjadi alat musik cring…tring…treng…berkelas dunia.

“Selain sebagai hiasan dinding atau rumah, genta nada ini berguna untuk menghilangkan stress. Dan itu sudah banyak yang membuktikan. Saya kalau satu hari tidak mendengar, kepala ini pusing banget, huahahhaaaa....” gelak Madjid memecahkan gemericik hujan ringan siang itu. Saya pun turut tertawa lepas. Ha...!!!!

Memang benar. Percaya atau tidak, genta nada etnis budaya ini dijadikan sarana terapi menghilangkan stress. Ya…terserah orang menilainya gimana???

[caption id="attachment_159706" align="alignright" width="300" caption="Abdul Madjid Gangga, sang maestro genta nada etnis budaya tradisional"]

1328609124222028471
1328609124222028471
[/caption] Yang jelas, Madjid membuat seluruh genta nada itu di bengkel kerjanya di Jalan Raya Cinangka, Gang Madu, Sawangan, Depok, Jawa Barat. Di sini, dari garasi sempit bersama enam karyawannya, sejak 2002 Madjid memproduksi genta nada dengan 12 etnis budaya nusantara; Jawa, Sunda, Cirebon, Bali, Melayu, Aceh, Manado, Mandarin, Jepang dan lainnya. “Bukan hanya sekedar mencari keuntungan, saya mempunyai niat untuk melestarikan nada-nada tradisional dari berbagai etnis di nusantara,” tuturnya kepada saya sembari sibuk memotong bilah-bilah pipa aluminium.

Dulu, Abdul Madjid populer sebagai pengatur nada alias penyetel piano. Dia sudah mengotak-atik nada alat musik tekan ini sejak tahun 1992.

Tahun 1996, Madjid mulai berkreasi untuk membuat alat musik yang tak perlu harus mengatur nada secara berulang-ulang. Akhirnya, lahirlah genta nada yang terbuat dari susunan pipa kecil berbahan baku aluminium, dengan berbagai setelan not by not nada-nada khas tradisional.

1328609196797474516
1328609196797474516
“Apapun yang bisa dimanfaatkan, dan kita mempunyai keinginan yang besar, pasti akan terwujud,” Itulah moto jebolan sekolah Yayasan Musik Indonesia (YASMI) tahun 1980, ini dalam berkarya selama 25 tahun ini.

Yang menarik, jiwa seni Madjid ternyata telah mengalir sejak dalam kandungan. Orangtua dan neneknya merupakan seniman musik zaman dulu kala. Ibu kandung Madjid, yaitu almarhumah Emma Gangga, adalah seorang pemain biola yang memperkenalkan lagu-lagu Melayu Deli di Jakarta mulai tahun 1950-an sampai tahun 2000.

[caption id="attachment_159708" align="aligncenter" width="300" caption="Genta Nada Jawa dan Bali, etnis tradisional yang mendunia..."]

1328609254704418034
1328609254704418034
[/caption]

Sementara itu, bapak kandung Madjid bernama Zainudin Gangga adalah seorang seniman musik kelahiran Binjai, Sumatera Utara, yang ahli dalam memainkan berbagai alat musik. Keduanya selain ahli bermain musik juga merupakan aktor dan aktris film pada zamannya.

Bahkan, nenek Madjid bernama Siti Dasimah adalah aktris film yang pernah memainkan peran utama dalam film berjudul 'Nyai Dasimah' yang sangat terkenal pada era tahun 1950-an. Siti Dasimah adalah personel Grup Tonil "Dardanella' yang sangat terkenal pada masa itu. “Seni, terutama musik telah mendarah daging dalam hidup saya. Mau ngak mau, saya harus hidup dari musik-musik ini,” tegas bapak empat anak ini.

1328609317292945525
1328609317292945525

Tak heran, dalam diri Abdul Madjid dengan rasa dan feeling mampu menghasilkan karya-karya genta nada nan indah. Kini, ia dikenal di dunia sebagai seorang seniman penemu Wind Chime dengan bertiti nada etnis tradisional.

Biasanya, satu genta nada terdiri dari 9, 16, 26, dan 50 batang pipa aluminium. Semakin banyak batang pipa, nadanya semakin beragam. Untuk menyeiramakan nada, Abdul Madjid menggunakan alat stem digital tunning scope, khas ciptaannya sendiri. Nada dasar A dengan pitch 0,0 dan frekuensi suara 440 Hertz, adalah ciri khas bunyi genta nada yang dihasilkan pengrajin asal Depok ini.

Seperti misalnya, genta nada etnis Mandarin ini. Nada-nada mayor dan minor, C 7, C 9, C 11, dan nada C 13-nya dipadukan dengan gending Jawa dan Sharon Tionghoa. Menyatu syahdu menjadi perpaduan nada yang merdu. Suara yang dihasilkan, dapat didengar hingga radius 100 meter.

[caption id="attachment_159710" align="alignright" width="300" caption="Genta nada etnis mandarin made in Depok. Suaranya merdu..."]

13286093601049380863
13286093601049380863
[/caption] “Alhamdulillah lewat perjalanan panjang itu, karya saya dihargai dan dihormati hingga ke luar negeri. Itulah kepuasan saya,” tandas Madjid penuh semangat.

Abdul Madjid menjual genta nadanya dengan harga bervariatif sesuai ukuran dan jenisnya. Untuk genta nada dengan 9 batang aluminium dihargai Rp 500.000,. Adapun genta nada yang berisi 50 batang aluminium seharga Rp 15 juta.

Tak hanya pembeli lokal, pembelinya juga berasal dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Afrika, Jepang, China, Korea dan Australia. Dalam sebulan, Madjid mampu memproduksi 20 hingga 50 genta nada berbagai etnis tradisional, dengan omzet minimal Rp 20 juta, maksimal Rp 100 juta per bulan.

Berkat dedikasinya melalui genta nada berbagai etnis nusantara ini, Madjid berhasil dinobatkan sebagai The Real Windchime Gold Award 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Keragaman dan akulturasi antaretnis dalam genta nada ini, jelas sebagai harmoni nada kesenian lokal,” tandasnya.

Dari garasi sempit; 2,5 meter X 3 meter, Abdul Madjid Gangga dengan genta nadanya membawa nama Indonesia dan mengangkat nama Depok khususnya, ke dunia Internasional. Sepatutnya lah…, semangat dan jerih payahnya diapresiasi pemerintah setempat. Sekian. Salam…(rizaldo, karpetmerah 07022012)

[caption id="attachment_159711" align="aligncenter" width="300" caption="The Real Wind Chime Gold Award 2010..."]

1328609451395448589
1328609451395448589
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun