Siang itu, di pertengahan Januari, telinga ini mendengar suara-suara khas. Sayup-sayup gemerincingnya membius. Semakin kencang angin berhembus, semakin nyaring bunyi yang dihasilkan. Komposisi bebunyian itu mengalun jernih dari gesekan aluminium. Itulah irama genta nada atau bahasa kerennya Wind Chime.
[caption id="attachment_159705" align="alignleft" width="300" caption="Genta nada etnis Jawa..."]
Genta nada besar berwarna coklat ini, suaranya menyerupai harmoni gamelan Jawa pelog-selendro yang ritmik. Ukurannya satu meter. Sol, Mi, Sa, Si-nya dibentuk oleh 50 batang aluminium dengan 6 pemukul plus bass ukuran besar. genta nada ini disebut Wind Chime etnis Jawa, dengan 4 oktav titi nada.
Ya…genta nada beretnis nusantara. Di-stemp sesuai dengan titi nada etnis tradisional seperti gamelan Sunda, Jawa, Melayu, Bali, Batak, dan lainnya. Saya boleh bilang, genta nada etnis budaya ini, hanya satu-satunya di dunia saat ini.
Adalah Abdul Madjid Gangga, seorang seniman yang menjadi penemu alat musik genta nada bertiti nada etnis budaya tersebut. Di tangan pria 56 tahun ini, bilah-bilah aluminium diubah menjadi alat musik cring…tring…treng…berkelas dunia.
“Selain sebagai hiasan dinding atau rumah, genta nada ini berguna untuk menghilangkan stress. Dan itu sudah banyak yang membuktikan. Saya kalau satu hari tidak mendengar, kepala ini pusing banget, huahahhaaaa....” gelak Madjid memecahkan gemericik hujan ringan siang itu. Saya pun turut tertawa lepas. Ha...!!!!
Memang benar. Percaya atau tidak, genta nada etnis budaya ini dijadikan sarana terapi menghilangkan stress. Ya…terserah orang menilainya gimana???
[caption id="attachment_159706" align="alignright" width="300" caption="Abdul Madjid Gangga, sang maestro genta nada etnis budaya tradisional"]
Dulu, Abdul Madjid populer sebagai pengatur nada alias penyetel piano. Dia sudah mengotak-atik nada alat musik tekan ini sejak tahun 1992.
Tahun 1996, Madjid mulai berkreasi untuk membuat alat musik yang tak perlu harus mengatur nada secara berulang-ulang. Akhirnya, lahirlah genta nada yang terbuat dari susunan pipa kecil berbahan baku aluminium, dengan berbagai setelan not by not nada-nada khas tradisional.
Yang menarik, jiwa seni Madjid ternyata telah mengalir sejak dalam kandungan. Orangtua dan neneknya merupakan seniman musik zaman dulu kala. Ibu kandung Madjid, yaitu almarhumah Emma Gangga, adalah seorang pemain biola yang memperkenalkan lagu-lagu Melayu Deli di Jakarta mulai tahun 1950-an sampai tahun 2000.
[caption id="attachment_159708" align="aligncenter" width="300" caption="Genta Nada Jawa dan Bali, etnis tradisional yang mendunia..."]
Sementara itu, bapak kandung Madjid bernama Zainudin Gangga adalah seorang seniman musik kelahiran Binjai, Sumatera Utara, yang ahli dalam memainkan berbagai alat musik. Keduanya selain ahli bermain musik juga merupakan aktor dan aktris film pada zamannya.
Bahkan, nenek Madjid bernama Siti Dasimah adalah aktris film yang pernah memainkan peran utama dalam film berjudul 'Nyai Dasimah' yang sangat terkenal pada era tahun 1950-an. Siti Dasimah adalah personel Grup Tonil "Dardanella' yang sangat terkenal pada masa itu. “Seni, terutama musik telah mendarah daging dalam hidup saya. Mau ngak mau, saya harus hidup dari musik-musik ini,” tegas bapak empat anak ini.
Tak heran, dalam diri Abdul Madjid dengan rasa dan feeling mampu menghasilkan karya-karya genta nada nan indah. Kini, ia dikenal di dunia sebagai seorang seniman penemu Wind Chime dengan bertiti nada etnis tradisional.
Biasanya, satu genta nada terdiri dari 9, 16, 26, dan 50 batang pipa aluminium. Semakin banyak batang pipa, nadanya semakin beragam. Untuk menyeiramakan nada, Abdul Madjid menggunakan alat stem digital tunning scope, khas ciptaannya sendiri. Nada dasar A dengan pitch 0,0 dan frekuensi suara 440 Hertz, adalah ciri khas bunyi genta nada yang dihasilkan pengrajin asal Depok ini.
Seperti misalnya, genta nada etnis Mandarin ini. Nada-nada mayor dan minor, C 7, C 9, C 11, dan nada C 13-nya dipadukan dengan gending Jawa dan Sharon Tionghoa. Menyatu syahdu menjadi perpaduan nada yang merdu. Suara yang dihasilkan, dapat didengar hingga radius 100 meter.
[caption id="attachment_159710" align="alignright" width="300" caption="Genta nada etnis mandarin made in Depok. Suaranya merdu..."]
Abdul Madjid menjual genta nadanya dengan harga bervariatif sesuai ukuran dan jenisnya. Untuk genta nada dengan 9 batang aluminium dihargai Rp 500.000,. Adapun genta nada yang berisi 50 batang aluminium seharga Rp 15 juta.
Tak hanya pembeli lokal, pembelinya juga berasal dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Kanada, Belanda, Afrika, Jepang, China, Korea dan Australia. Dalam sebulan, Madjid mampu memproduksi 20 hingga 50 genta nada berbagai etnis tradisional, dengan omzet minimal Rp 20 juta, maksimal Rp 100 juta per bulan.
Berkat dedikasinya melalui genta nada berbagai etnis nusantara ini, Madjid berhasil dinobatkan sebagai The Real Windchime Gold Award 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Keragaman dan akulturasi antaretnis dalam genta nada ini, jelas sebagai harmoni nada kesenian lokal,” tandasnya.
Dari garasi sempit; 2,5 meter X 3 meter, Abdul Madjid Gangga dengan genta nadanya membawa nama Indonesia dan mengangkat nama Depok khususnya, ke dunia Internasional. Sepatutnya lah…, semangat dan jerih payahnya diapresiasi pemerintah setempat. Sekian. Salam…(rizaldo, karpetmerah 07022012)
[caption id="attachment_159711" align="aligncenter" width="300" caption="The Real Wind Chime Gold Award 2010..."]