Mohon tunggu...
Rizal Arifin
Rizal Arifin Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya suka menulis sedikir dan membaca hal-hal yang sedang relevan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi Dua Negara: Diplomasi Palsu Untuk Menutupi Genosida di Palestina

4 Juni 2025   11:15 Diperbarui: 4 Juni 2025   11:18 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Prabowo dan Presiden Macron Rayakan Persahabatan Dua Bangsa Lewat Jamuan Kenegaraan

Pernyataan Presiden terpilih Prabowo Subianto yang menyebut bahwa two state solution atau "solusi dua negara" merupakan satu-satunya jalan untuk menyelesaikan konflik Israel--Palestina menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam kunjungan kenegaraan ke Paris pada 28 Mei 2025, Prabowo menegaskan bahwa solusi dua negara harus dipertahankan untuk mencegah munculnya solusi satu negara, yang menurutnya justru akan memperparah konflik.  

"Solusi dua negara merupakan satu-satunya solusi yang memungkinkan. Kita semua harus mencegah terus berlanjutnya upaya untuk mewujudkan solusi satu negara."
--- Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia
(The Jakarta Post, 28 Mei 2025)

Sebagai warga negara Indonesia, saya menolak solusi ini. Karena bagi saya, solusi dua negara bukanlah solusi sejati. Itu hanyalah bentuk diplomasi semu yang terkesan adil, namun justru menyamakan antara penjajah dan yang dijajah. Dalam kondisi saat ini, di mana ribuan nyawa sipil Palestina telah menjadi korban kebrutalan militer Israel, upaya menawarkan kompromi wilayah seolah menjadi legitimasi atas praktik kekerasan, genosida, dan penjajahan.

Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, pada forum PBB juga sempat menguatkan posisi Indonesia yang mendukung Palestina merdeka berdasarkan perbatasan 1967:

"Pengakuan terhadap negara Palestina sangat penting sebagai langkah menuju solusi dua negara."
--- Retno Marsudi, Menlu RI, di Sidang Umum PBB 2024
(America Times)

Namun pernyataan ini pun kontradiktif jika melihat realitas di lapangan. Hingga hari ini, tidak ada tanda bahwa Israel mau tunduk pada perbatasan 1967. Bahkan justru sebaliknya---mereka menghancurkan Gaza, memperluas permukiman ilegal, dan menghalangi diplomasi dunia Arab.

Seperti diberitakan oleh Reuters, Israel bahkan memblokir rencana pertemuan para menteri luar negeri Arab di Ramallah untuk membahas pengakuan Palestina:

"Israel telah memblokir pertemuan yang direncanakan di Ramallah yang melibatkan para menteri luar negeri Arab, dengan alasan kekhawatiran keamanan."
(Reuters, 31 Mei 2025)

Lebih dari 54.000 orang di Gaza---sebagian besar perempuan dan anak-anak---telah tewas akibat agresi militer Israel. Fakta itu dipaparkan dalam laporan Associated Press:

"Kondisi kemanusiaan di Gaza sangat mengerikan. Lebih dari 54.000 orang tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak."
(AP News, 31 Mei 2025)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun